JAKARTA — Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta terus memantau pergerakan harga dan ketersediaan bahan pangan menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru). Hasil pemantauan menunjukkan masih adanya tekanan harga pada sejumlah komoditas strategis, khususnya ayam dan telur, yang saat ini dijual lebih tinggi dibandingkan harga normal. Meski demikian, Pemprov memastikan pasokan pangan bagi warga Ibu Kota tetap aman dan terkendali hingga awal tahun 2026.
Wakil Gubernur Jakarta Rano Karno menegaskan bahwa kenaikan harga ayam dan telur bukan semata-mata dipicu oleh lonjakan permintaan jelang Nataru. Ia menyebut tren kenaikan tersebut telah berlangsung sejak beberapa bulan terakhir dan dipengaruhi oleh berbagai faktor di luar momentum hari besar keagamaan.
“Memang kalau ayam mungkin tadi kami tanya kenaikannya bukan karena Nataru (Natal dan Tahun Baru), tapi memang sudah 4-5 bulan lalu harga ayam memang meningkat. Kalau telur juga seperti itu,” jelas Rano saat meninjau Pasar Senen Blok III, Jakarta Pusat, Senin (22/12/2025).
Berdasarkan hasil pantauan di lapangan, harga telur ayam ras di sejumlah pasar tradisional Jakarta saat ini berada di kisaran Rp 30.000 per kilogram. Sementara itu, harga ayam potong dijual sekitar Rp 50.000 hingga Rp 60.000 per ekor, tergantung ukuran dan lokasi pasar. Kondisi tersebut dirasakan langsung oleh masyarakat, terutama rumah tangga dan pelaku usaha kecil yang mengandalkan bahan pangan tersebut sebagai kebutuhan harian.
Meski harga sejumlah komoditas masih relatif tinggi, Rano memastikan bahwa aspek ketersediaan stok menjadi prioritas utama pemerintah daerah. Ia menekankan bahwa Pemprov Jakarta terus menjaga agar pasokan pangan tidak terganggu, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir akan kelangkaan bahan pokok dalam waktu dekat.
“Masalah stok pangan dulu. Alhamdulillah stok cukup, artinya ada dan menjadi kebutuhan dasar masyarakat Jakarta bisa terpenuhi,” ucap Rano Karno.
Ia menambahkan bahwa pemerintah daerah secara berkala melakukan pemantauan dan koordinasi dengan berbagai pihak untuk memastikan ketersediaan pangan tetap terjaga. Langkah tersebut mencakup pemantauan stok beras, telur, daging ayam, serta komoditas lain yang memiliki peran penting dalam konsumsi masyarakat.
“Kalau stok ini mudah-mudahan sampai Januari ada. Januari ada kita stok, kita pantau terus dari mulai beras, semua komponen ada,” ungkap Rano.
Untuk mengantisipasi dampak kenaikan harga terhadap daya beli masyarakat, Pemprov Jakarta juga menyiapkan sejumlah langkah intervensi. Salah satunya adalah melalui program pasar murah dan pangan bersubsidi yang akan digelar di berbagai wilayah. Program tersebut diharapkan dapat membantu masyarakat memperoleh bahan pangan dengan harga yang lebih terjangkau.
“Kalau yang namanya harga naik tidak bisa kita hindari, banyak faktor. Cuaca, kemudian infrastruktur, kemudian banyak sekali faktor. Tapi inilah kita menjaga daya tahan kita kan. Oh iya, kita akan mengadakan pangan subsidi. Kita akan mengadakan pangan subsidi,” lanjut Rano.
Melalui berbagai upaya tersebut, Pemprov Jakarta berharap stabilitas pasokan dan harga pangan dapat tetap terjaga, terutama pada periode libur akhir tahun yang biasanya diiringi dengan peningkatan konsumsi. Pemerintah juga mengimbau masyarakat untuk tetap berbelanja secara bijak dan tidak melakukan pembelian berlebihan agar distribusi pangan dapat berjalan merata.
Pemprov Jakarta menegaskan komitmennya untuk terus hadir menjaga ketahanan pangan dan melindungi daya beli warga, sekaligus memastikan kebutuhan dasar masyarakat tetap terpenuhi menjelang dan setelah perayaan Natal dan Tahun Baru. []
Diyan Febriana Citra.

