Ratusan Aktivis Dunia Berlayar dari Spanyol ke Jalur Gaza

Ratusan Aktivis Dunia Berlayar dari Spanyol ke Jalur Gaza

BARCELONA – Upaya solidaritas internasional terhadap krisis kemanusiaan di Gaza kembali menguat. Ratusan aktivis pro-Palestina dari 44 negara dijadwalkan berlayar dari sejumlah pelabuhan di Spanyol menuju Jalur Gaza pada Minggu (31/08/2025). Mereka bergabung dalam misi besar yang dinamai Armada Sumud Global, sebuah aksi kemanusiaan yang diyakini menjadi armada laut terbesar sejak 15 tahun terakhir.

Istilah Sumud dalam bahasa Arab bermakna ketekunan atau ketabahan. Nama itu dipilih sebagai simbol perlawanan damai terhadap blokade laut Israel yang diberlakukan sejak 2007. Armada ini terdiri dari puluhan kapal pengangkut bantuan, membawa relawan, tokoh politik, hingga aktivis lingkungan.

Di antara peserta yang menonjol ialah Greta Thunberg, aktivis iklim asal Swedia, serta politisi sayap kiri asal Portugal, Mariana Mortagua. Kehadiran figur internasional itu dinilai memberi bobot politik lebih kuat pada misi yang kerap mendapat perlawanan dari otoritas Israel.

Salah satu penyelenggara, Saif Abukeshek, yang merupakan warga Palestina di Spanyol, menyampaikan seruan keras agar negara-negara Eropa mengambil sikap tegas.

“Mereka perlu bertindak untuk membela hak asasi manusia dan menjamin keamanan armada ini,” ujarnya, Kamis (28/08/2025).

Misi kemanusiaan lewat laut sebelumnya kerap menghadapi risiko besar. Insiden paling tragis terjadi pada 2010 ketika pasukan khusus Israel menyerbu armada yang membawa aktivis asal Turkiye, menewaskan sedikitnya sembilan orang. Sementara itu, pada Juni 2025, sebuah kapal berbendera Inggris yang juga ditumpangi Greta Thunberg disita oleh pasukan laut Israel sebelum mencapai Gaza.

Tel Aviv berulang kali menegaskan bahwa blokade laut bukan ditujukan untuk menghalangi bantuan kemanusiaan, melainkan mencegah masuknya senjata ke tangan Hamas dan kelompok bersenjata lain. Meski demikian, kritik dunia internasional terus menguat, terutama setelah serangan balasan Israel ke Gaza sejak Oktober 2023 menewaskan puluhan ribu warga sipil. Data Kementerian Kesehatan Gaza yang dikuasai Hamas menyebut hampir 63.000 orang kehilangan nyawa akibat operasi militer Israel.

Selain blokade laut, Israel juga memperketat jalur darat. Pada Maret 2025, perbatasan Gaza sempat ditutup selama tiga bulan penuh dengan alasan keamanan, sehingga akses bantuan semakin terbatas.

Kini, keberangkatan Armada Sumud Global dipandang sebagai ujian bagi solidaritas internasional sekaligus konfrontasi dengan kebijakan keamanan Israel. Jika berhasil menembus blokade, misi ini dapat membuka jalan baru bagi pengiriman bantuan ke Gaza. Namun, jika kembali digagalkan, tekanan diplomatik terhadap Tel Aviv diyakini akan semakin kuat.

Solidaritas dari 44 negara ini menjadi gambaran bahwa isu Gaza tidak lagi sekadar konflik regional, melainkan persoalan kemanusiaan global. []

Diyan Febriana Citra.

Hotnews Internasional