MANILA – Aksi demonstrasi antikorupsi di ibu kota Filipina, Manila, pada Minggu (21/9) berakhir ricuh. Aparat kepolisian menahan lebih dari 200 orang, termasuk puluhan anak di bawah umur, setelah bentrokan pecah antara massa dan petugas keamanan.
Kerusuhan terjadi ketika sejumlah demonstran yang menutupi wajah mereka melempari aparat dengan batu. Polisi kemudian membalas dengan meriam air serta sirene bising untuk membubarkan massa. Bentrokan tersebut mencoreng jalannya aksi yang sebelumnya berlangsung damai dan diikuti keluarga, aktivis, rohaniwan, hingga politisi lokal.
Juru bicara Kepolisian Manila, Mayor Hazel Asilo, menyampaikan bahwa hingga Senin (22/9), tercatat 216 orang ditahan. Dari jumlah itu, 88 di antaranya merupakan anak di bawah umur, dengan seorang bocah 12 tahun menjadi yang termuda. “Sejauh ini, tidak satu pun dari mereka yang mengungkapkan alasan di balik tindakan mereka atau apakah ada yang membayar mereka untuk melakukannya,” kata Asilo.
Wali Kota Manila, Isko Moreno, membenarkan adanya anak-anak yang ikut diamankan. Sementara itu, Mayor Philipp Ines, juru bicara kepolisian lainnya, melaporkan sedikitnya 93 anggota polisi mengalami luka akibat bentrokan tersebut. “Jumlah orang yang ditangkap masih mungkin bertambah, karena proses pemeriksaan masih berjalan,” ujarnya.
Aksi massa ini dipicu skandal besar terkait proyek fiktif pengendalian banjir yang diduga merugikan negara hingga miliaran dolar Amerika Serikat. Skandal tersebut menyeret sejumlah anggota parlemen dan pejabat tinggi kongres Filipina, bahkan memaksa sebagian dari mereka mengundurkan diri dari jabatan.
Kerusuhan pada Minggu malam diwarnai dengan pembakaran kendaraan dinas kepolisian serta perusakan fasilitas publik, termasuk jendela kantor polisi. Kondisi ini memperburuk citra demonstrasi yang sejatinya bertujuan menyuarakan aspirasi publik terhadap transparansi dan akuntabilitas pemerintah.
Departemen Kesehatan Filipina melaporkan sekitar 50 warga dilarikan ke rumah sakit usai insiden. Hingga kini, aparat masih menelusuri afiliasi para pelaku kerusuhan untuk membedakan antara demonstran damai dan oknum yang memanfaatkan aksi tersebut.
Dengan meningkatnya ketegangan, masyarakat internasional ikut menyoroti perkembangan politik di Filipina, khususnya terkait pemberantasan korupsi yang masih menjadi masalah kronis di negara tersebut.[]
Putri Aulia Maharani