JAKARTA — Di era digital yang semakin canggih, masyarakat kini semakin terbiasa mengandalkan dompet digital untuk melakukan transaksi. Namun, para perencana keuangan menegaskan bahwa menyimpan sejumlah uang tunai di dompet tetap penting, khususnya untuk menghadapi kondisi darurat yang tidak terduga.
Menurut para ahli, uang tunai dapat menjadi solusi ketika terjadi gangguan sistem pembayaran digital, pemadaman listrik, atau situasi darurat lain yang membuat akses ke sistem keuangan berbasis teknologi menjadi terbatas.
Christopher Rand, perencana keuangan bersertifikat (Certified Financial Planner/CFP) asal San Diego, Amerika Serikat, menyampaikan bahwa jumlah uang tunai yang sebaiknya disimpan di dompet sangat bergantung pada kebiasaan dan kebutuhan pribadi seseorang. Ia menyarankan agar setiap individu membawa uang secukupnya untuk memenuhi pengeluaran harian seperti transportasi, makan, atau keperluan tak terduga lainnya, namun tidak dalam jumlah besar yang dapat menimbulkan kekhawatiran jika hilang.
“Secara umum, jumlah uang tunai yang disarankan adalah sekitar Rp300 ribu hingga Rp700 ribu,” ujarnya.
Senada dengan itu, Melissa Caro, seorang CFP yang berbasis di New York, mengungkapkan bahwa ia biasanya membawa sekitar Rp500 ribu hingga lebih dari Rp1 juta, tergantung pada rencana aktivitas hariannya.
Di sisi lain, Leslie Beck, perencana keuangan dari New Jersey, mengingatkan bahwa ketersediaan uang tunai bisa menjadi penentu keselamatan dan kenyamanan dalam kondisi darurat. Ia menekankan pentingnya menyimpan minimal Rp500 ribu untuk berjaga-jaga apabila terjadi kegagalan teknologi secara menyeluruh.
Sementara itu, Tipiwa Walker, CFP dari California, mengimbau masyarakat untuk tidak membawa uang tunai dalam jumlah besar. Menurutnya, uang tunai tidak memiliki perlindungan seperti kartu debit atau kredit yang bisa diblokir atau diganti jika hilang.
“Uang tunai memang berguna, tetapi membawa terlalu banyak justru membuat kita lebih rentan terhadap kerugian,” tegasnya.
Ia menambahkan, uang tunai sebaiknya tidak menjadi pengganti perangkat digital sepenuhnya, melainkan menjadi pelengkap untuk situasi yang tidak dapat diantisipasi oleh teknologi.
Dengan mempertimbangkan keamanan dan kebutuhan praktis, para ahli sepakat bahwa menyimpan uang tunai dalam jumlah moderat tetap relevan di tengah maraknya transaksi digital.[]
Putri Aulia Maharani