Rupiah Melemah ke Rp16.605 per Dolar AS di Awal Pekan

Rupiah Melemah ke Rp16.605 per Dolar AS di Awal Pekan

Bagikan:

JAKARTA — Awal pekan ini, nilai tukar rupiah kembali bergerak melemah tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Berdasarkan data perdagangan Senin (27/10/2025), rupiah dibuka pada posisi Rp16.605 per dolar AS, turun 3 poin atau 0,02 persen dibandingkan penutupan sebelumnya di level Rp16.602 per dolar AS.

Pelemahan ringan ini mencerminkan kewaspadaan pelaku pasar terhadap sejumlah faktor eksternal, terutama menjelang rilis data ekonomi Amerika Serikat dan pernyataan dari pejabat Federal Reserve (The Fed) yang akan menentukan arah kebijakan suku bunga selanjutnya.

Sejumlah analis menilai, pelemahan rupiah kali ini tidak menunjukkan tekanan fundamental yang besar, melainkan respons sementara terhadap penguatan dolar global. Dolar AS memang sempat menguat terbatas di pasar internasional setelah data ekonomi menunjukkan ketahanan pasar tenaga kerja di Negeri Paman Sam.

Ekonom dari Bank Mandiri, Rizal Wibowo, mengatakan bahwa pasar saat ini masih bersikap menunggu (wait and see) terhadap arah kebijakan moneter Amerika.

“Pelaku pasar cenderung berhati-hati karena masih menunggu sinyal dari The Fed terkait suku bunga. Tekanan pada rupiah bersifat temporer,” ujarnya saat dihubungi Senin pagi.

Ia menambahkan, rupiah masih memiliki dukungan dari stabilitas cadangan devisa dan neraca perdagangan Indonesia yang masih mencatatkan surplus dalam beberapa bulan terakhir. Namun, faktor eksternal seperti tensi geopolitik di Timur Tengah dan pergerakan harga minyak global tetap menjadi risiko bagi mata uang domestik.

Di sisi lain, analis pasar uang dari LPEM UI, Sarah Kartika, menilai pelemahan rupiah pada awal pekan juga dipengaruhi oleh permintaan dolar yang meningkat untuk kebutuhan korporasi menjelang akhir bulan.

“Setiap akhir bulan biasanya ada peningkatan permintaan valas dari sektor impor dan pembayaran utang luar negeri, sehingga tekanan terhadap rupiah cenderung meningkat,” kata Sarah.

Meski begitu, menurutnya, posisi rupiah masih relatif stabil jika dibandingkan dengan mata uang lain di kawasan Asia Tenggara yang juga mengalami pelemahan serupa terhadap dolar AS.

“Rupiah hanya melemah tipis, sementara baht Thailand dan peso Filipina justru terkoreksi lebih dalam,” tambahnya.

Bank Indonesia (BI) hingga kini tetap aktif melakukan stabilisasi nilai tukar melalui berbagai instrumen moneter, termasuk intervensi ganda di pasar valas dan obligasi. Upaya tersebut diharapkan dapat menjaga volatilitas rupiah agar tetap terkendali di tengah ketidakpastian global.

Dengan pelemahan yang masih terbatas, pasar berharap adanya dukungan sentimen positif dari data ekonomi domestik yang akan dirilis dalam waktu dekat, termasuk laporan inflasi Oktober dan neraca perdagangan bulan sebelumnya. Jika data menunjukkan hasil positif, bukan tidak mungkin rupiah kembali menguat pada pertengahan pekan. []

Diyan Febriana Citra.

Bagikan:
Nasional