Rupiah Menguat 0,10% ke Rp16.556 per Dolar AS pada Kamis

Rupiah Menguat 0,10% ke Rp16.556 per Dolar AS pada Kamis

JAKARTA — Nilai tukar rupiah menunjukkan tanda penguatan pada awal perdagangan Kamis (09/10/2025), menandakan sinyal stabilitas di tengah fluktuasi pasar global yang masih dipengaruhi kebijakan suku bunga Amerika Serikat (AS) dan perlambatan ekonomi global.

Berdasarkan data pasar spot, rupiah dibuka di level Rp16.556 per dolar AS pada pukul 09.02 WIB, menguat 0,10 persen dibandingkan penutupan sehari sebelumnya di posisi Rp16.573 per dolar AS. Penguatan ini mencerminkan optimisme pelaku pasar terhadap kondisi makroekonomi domestik yang relatif terjaga, meski tekanan eksternal masih cukup kuat.

Di kawasan Asia, mayoritas mata uang juga menunjukkan tren serupa. Won Korea Selatan mencatat penguatan tertinggi, yakni 0,28 persen, diikuti dolar Taiwan yang naik 0,20 persen, peso Filipina menguat 0,15 persen, dan yen Jepang serta dolar Singapura masing-masing menguat 0,08 persen. Rupiah berada di posisi menengah dengan kenaikan 0,10 persen, sementara dolar Hong Kong dan ringgit Malaysia naik tipis masing-masing 0,02 persen dan 0,01 persen terhadap dolar AS.

Namun, tidak semua mata uang Asia mencatat penguatan. Baht Thailand justru melemah 0,30 persen, sementara yuan China turun 0,17 persen terhadap dolar AS. Kondisi ini menunjukkan bahwa pergerakan mata uang di kawasan masih sangat dipengaruhi oleh dinamika global, terutama keputusan suku bunga dan arah kebijakan moneter Federal Reserve.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama dunia, tercatat melemah tipis ke posisi 98,76, turun dari level sebelumnya di 98,91. Pelemahan ini memberi ruang bagi mata uang negara berkembang, termasuk rupiah, untuk sedikit menguat.

Penguatan rupiah yang terjadi pada awal pekan ini juga dipandang sebagai respons positif terhadap langkah pemerintah menjaga kestabilan ekonomi melalui berbagai instrumen fiskal dan moneter. Kebutuhan impor yang menurun serta masuknya aliran dana asing ke pasar obligasi domestik turut memberikan dorongan tambahan terhadap nilai tukar rupiah.

Meski demikian, para analis memperingatkan bahwa penguatan ini masih bersifat terbatas. Pasar masih menunggu rilis data inflasi dan arah kebijakan The Fed berikutnya yang bisa memengaruhi pergerakan dolar AS dalam beberapa hari ke depan.

Dalam konteks regional, tren penguatan mata uang Asia dianggap sebagai refleksi dari sikap hati-hati investor yang mulai beralih ke aset berisiko rendah. Namun, dukungan terhadap stabilitas ekonomi di Indonesia serta defisit transaksi berjalan yang masih terkendali menjadi faktor penopang bagi rupiah untuk tetap bertahan di level aman.

Dengan posisi saat ini, pelaku pasar memperkirakan rupiah berpotensi bergerak stabil dalam rentang Rp16.550–Rp16.600 per dolar AS hingga akhir pekan, selama tidak terjadi gejolak signifikan dari eksternal. []

Diyan Febriana Citra.

Hotnews Nasional