JAKARTA — Meskipun nilai tukar rupiah kembali tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat pagi (08/08/2025), pasar modal Indonesia justru menunjukkan sentimen positif. Pergerakan dua indikator penting ekonomi nasional ini memberikan gambaran menarik tentang dinamika finansial domestik di tengah tekanan global.
Data dari Bloomberg mencatat, rupiah diperdagangkan di pasar spot exchange pada posisi Rp 16.319 per dolar AS pada pukul 09.28 WIB. Angka ini menandai penurunan 32,5 poin atau 0,20% dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya.
Kondisi serupa tampak di kawasan Asia, di mana sebagian besar mata uang utama juga mencatat pelemahan terhadap dolar AS. Yen Jepang melemah sebesar 0,07%, dolar Singapura terkoreksi 0,05%, dan dolar Taiwan merosot 0,29%. Won Korea Selatan dan peso Filipina ikut turun masing-masing sebesar 0,06% dan 0,03%. Sementara itu, rupe India justru mencatat penguatan ringan sebesar 0,03%.
Di sisi lain, ringgit Malaysia mencatat kenaikan 0,12%, menandai satu dari sedikit mata uang Asia yang menunjukkan performa positif. Sementara yuan Tiongkok dan baht Thailand turun tipis masing-masing sebesar 0,02%.
Meski demikian, kondisi pasar saham domestik justru memperlihatkan kepercayaan investor yang tinggi. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat pada perdagangan Jumat pagi. Data pada pukul 09.25 WIB menunjukkan IHSG naik 0,76% atau 57,07 poin ke level 7.547,2.
Pergerakan IHSG ini menunjukkan bahwa pelaku pasar tetap percaya pada potensi fundamental ekonomi nasional, meskipun nilai tukar rupiah sedang mengalami tekanan. Penguatan IHSG juga bisa ditafsirkan sebagai respons terhadap berbagai sentimen positif global, termasuk stabilnya harga komoditas dan pernyataan bank sentral AS yang cenderung menjaga suku bunga tetap.
Pelemahan rupiah sendiri dipengaruhi oleh tekanan eksternal, termasuk penguatan indeks dolar AS yang terjadi setelah rilis data tenaga kerja AS yang lebih kuat dari perkiraan. Situasi ini mendorong investor global mengalihkan asetnya ke instrumen dolar AS yang dinilai lebih aman dalam jangka pendek.
Sejumlah analis pasar memperkirakan bahwa fluktuasi rupiah masih akan berlanjut dalam jangka waktu dekat, seiring perkembangan ekonomi global dan langkah moneter bank sentral AS. Namun, daya tahan IHSG dinilai menjadi sinyal bahwa investor domestik masih optimistis terhadap kinerja emiten dan prospek ekonomi nasional.
Pemerintah Indonesia dan Bank Indonesia terus memantau kondisi ini secara ketat, guna menjaga stabilitas ekonomi dan menghindari dampak yang lebih dalam terhadap sektor riil. []
Diyan Febriana Citra.