KIEV – Ketegangan di Eropa Timur kembali meningkat jelang latihan militer besar-besaran yang akan digelar Rusia dan Belarusia di perbatasan Ukraina pada 12-16 September 2025. Latihan gabungan yang diberi nama Zapad-2025 diperkirakan menjadi salah satu operasi militer terbesar sejak konflik Rusia-Ukraina meletus pada Februari 2022.
Kementerian Luar Negeri Ukraina menyatakan keprihatinan serius atas langkah ini dan menuding Belarusia mencoba mendukung agresi militer Rusia. Dalam pernyataan resminya, Kemlu Ukraina menekankan agar Minsk menahan diri dari provokasi yang bisa memperburuk situasi dan menjauh dari perbatasan Ukraina.
“Kami memperingatkan Minsk agar tidak melakukan provokasi gegabah dan mendesak untuk menahan diri agar tidak mendekati perbatasan serta tidak memprovokasi Pasukan Pertahanan Ukraina,” bunyi pernyataan tersebut, Selasa (26/08/2025).
Selain Kiev, NATO juga memperhatikan dengan serius latihan Zapad-2025. Polandia, yang berbatasan langsung dengan Belarusia, mengumumkan rencana pengerahan 30.000 tentara di wilayah perbatasan, meski disebut sebagai bagian dari latihan rutin. Sementara itu, Menteri Pertahanan Belarusia, Viktor Khrenin, menuding NATO sengaja mencari alasan untuk menggelar latihan tandingan.
Latihan tahun ini akan mencakup operasi kontra-sabotase, perang drone, perang elektronik, serta simulasi serangan umum. Yang menjadi sorotan internasional adalah rencana Rusia menembakkan rudal hipersonik jarak menengah Oreshnik. Rudal ini pertama kali diuji pada November 2024 dengan target fasilitas militer Ukraina di Dnipro. Pejabat Moskow mengklaim kemampuan destruktifnya setara dengan senjata nuklir berdaya ledak rendah, sehingga menjadi alat penting dalam strategi pencegahan dan pertahanan Rusia.
Sejak perang berlangsung, Belarusia menjadi sekutu utama Rusia. Wilayahnya digunakan sebagai basis militer strategis, termasuk penyimpanan senjata nuklir taktis dan rudal balistik jarak pendek. Pada Desember 2024, kedua negara menandatangani perjanjian keamanan yang mengikat satu sama lain untuk saling mempertahankan jika diserang. Presiden Alexander Lukashenko bahkan mendesak percepatan pengiriman rudal Oreshnik sebelum akhir 2025.
Bagi aliansi Barat, konsentrasi militer Rusia dan Belarusia di dekat Ukraina merupakan ancaman nyata bagi stabilitas kawasan. Keputusan Moskow dan Minsk menggelar latihan skala besar dipandang sebagai simbol kekuatan dan peringatan strategis, sekaligus menambah ketegangan diplomatik yang sudah tinggi.
Para pengamat menilai, Zapad-2025 berpotensi memicu reaksi berantai di Eropa Timur, mulai dari peningkatan kesiagaan militer NATO hingga eskalasi politik antara Moskow dan Kiev. Latihan ini menjadi indikator utama dinamika geopolitik di kawasan yang masih rawan konflik bersenjata. []
Diyan Febriana Citra.