Serangan Udara Israel Guncang Lebanon Selatan

Serangan Udara Israel Guncang Lebanon Selatan

BEIRUT – Ketegangan di perbatasan Lebanon-Israel kembali meningkat setelah militer Israel melancarkan serangan udara di beberapa wilayah Lebanon selatan pada Kamis malam (18/09/2025). Desa-desa seperti Mays el Jabal, Dibbine, dan Kfar Tebnit menjadi sasaran serangan.

Serangan ini terjadi setelah juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, memperingatkan melalui platform X bahwa aksi tersebut merupakan respons terhadap dugaan upaya Hizbullah untuk memulihkan aktivitas militernya di kawasan tersebut. Dalam pernyataannya, Adraee menekankan bahwa serangan diarahkan untuk menargetkan infrastruktur militer kelompok tersebut.

Namun, pihak militer Lebanon mengecam aksi Israel tersebut sebagai pelanggaran gencatan senjata. Mereka mencatat lebih dari 4.500 pelanggaran sejak perjanjian gencatan senjata yang ditandatangani pada 2024. Serangan yang dilaporkan menghantam rumah-rumah warga sipil ini juga dianggap menghalangi pengerahan pasukan Lebanon di sebelah selatan Sungai Litani.

Perdana Menteri Lebanon, Nawaf Salam, menyuarakan kecaman keras terhadap serangan ini dan mempertanyakan komitmen Israel terhadap Resolusi 1701 serta kesepakatan gencatan senjata. Ia menyerukan agar komunitas internasional, terutama negara-negara penjamin gencatan senjata, menekan Israel untuk menghentikan agresi, menarik pasukannya dari wilayah yang diduduki, serta membebaskan tahanan yang ditahan secara sepihak.

Sebuah rumah di pusat Kfar Tebnit, dekat Nabatieh, menjadi salah satu sasaran utama serangan udara Israel. Kerusakan properti dan potensi korban sipil kembali menimbulkan kekhawatiran mengenai eskalasi konflik di wilayah perbatasan.

Meskipun gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat dan Prancis mulai berlaku pada 27 November 2024 berhasil menghentikan bentrokan selama perang di Gaza, militer Israel tetap melakukan serangan sporadis di Lebanon. Israel mengklaim bahwa operasi tersebut menargetkan potensi ancaman dari Hizbullah, sementara pasukannya tetap ditempatkan di lima titik strategis sepanjang perbatasan.

Analisis para pengamat menekankan bahwa meski serangan ini diklaim bersifat terbatas, dampaknya terhadap stabilitas kawasan cukup signifikan. Setiap eskalasi dapat memicu reaksi berantai, terutama di wilayah yang selama ini menjadi zona rawan konflik antara Israel dan kelompok Hizbullah. Komunitas internasional terus diminta untuk memantau situasi agar mencegah potensi konflik yang lebih luas. []

Diyan Febriana Citra.

Internasional