KIEV – Situasi keamanan di Ukraina kembali memanas setelah Rusia melancarkan serangan udara yang disebut sebagai serangan terbesar sejak awal invasi pada Februari 2022. Pada Minggu (07/09/2025) waktu setempat, ratusan pesawat nirawak (drone) dan belasan rudal diluncurkan, menghantam berbagai wilayah termasuk ibu kota Kiev.
Akibat serangan tersebut, empat orang dilaporkan meninggal dunia dan sedikitnya 44 orang lainnya mengalami luka-luka. Salah satu target yang terkena dampak adalah gedung kantor kabinet pemerintahan Ukraina di pusat kota Kiev. Polisi langsung menutup akses ke area gedung saat tim pemadam kebakaran dan ambulans tiba di lokasi. Peristiwa ini menjadi catatan penting karena sebelumnya, serangan Rusia jarang menyasar bangunan pemerintahan utama di jantung ibu kota.
Angkatan Udara Ukraina mengungkapkan, total ada 810 unit pesawat nirawak dan umpan yang dilepaskan Rusia dalam serangan itu. Dari jumlah tersebut, 747 berhasil ditembak jatuh, bersama dengan empat rudal. Namun, Rusia masih meluncurkan 13 rudal lainnya yang menyebabkan kerusakan signifikan.
“Serangan ini menjadi serangan pesawat nirawak Rusia terbesar sejak invasi besar-besaran ke Ukraina pada Februari 2022,” ujar Juru Bicara Angkatan Udara Ukraina, Yuriy Ihnat, Senin (08/09/2025).
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menegaskan bahwa negaranya tidak tinggal diam menghadapi gempuran tersebut. Ia menyampaikan bahwa empat korban jiwa dan puluhan korban luka menambah panjang daftar penderitaan warga sipil akibat serangan udara Rusia. Zelenskyy juga menyebutkan dirinya telah berbicara melalui telepon dengan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, untuk membahas langkah-langkah strategis menanggapi agresi terbaru ini.
“Bersama Prancis, kami tengah mempersiapkan langkah-langkah baru untuk memperkuat pertahanan kami,” kata Zelenskyy.
Serangan besar ini menandai eskalasi baru dalam konflik Rusia-Ukraina. Selain merenggut korban jiwa dan menimbulkan kerusakan infrastruktur, serangan tersebut juga memperlihatkan kemampuan Rusia dalam meningkatkan tekanan militer. Sementara itu, bagi Ukraina, keberhasilan menembak jatuh ratusan drone dan sejumlah rudal dianggap sebagai bukti efektivitas sistem pertahanan udara mereka, meski tidak mampu sepenuhnya menahan dampak mematikan serangan.
Peningkatan intensitas serangan ini juga dipandang sebagai sinyal politik dari Moskow kepada negara-negara Barat. Dukungan militer yang terus mengalir ke Ukraina, termasuk dari Prancis, kemungkinan besar akan menjadi fokus pembahasan lebih lanjut dalam forum internasional, mengingat eskalasi ini berpotensi memperluas dampak konflik ke ranah diplomasi global. []
Diyan Febriana Citra.