JAKARTA – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kembali membuka peluang kolaborasi internasional dalam pengembangan sektor hulu minyak dan gas bumi (migas). Salah satu terobosan terbaru yang mencuri perhatian adalah kembalinya Total Energies, raksasa energi asal Prancis, ke industri migas Indonesia melalui kemitraan strategis di Wilayah Kerja (WK) Bobara, Papua Barat.
Langkah ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang pemerintah untuk mencapai target produksi sebesar 1 juta barel minyak per hari dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD) pada 2030. Total Energies resmi bergabung dalam pengelolaan WK Bobara setelah mengakuisisi 24,5 persen hak partisipasi (participating interest/PI) dari Petronas.
Plt. Direktur Jenderal Migas, Tri Winarno, menilai langkah ini sebagai bukti nyata dari daya tarik iklim investasi migas Indonesia di mata investor global. Ia menyebut keberhasilan kerja sama ini merupakan hasil pendekatan strategis Kementerian ESDM bersama Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), termasuk melalui forum-forum internasional seperti Konvensi Indonesia Petroleum Association (IPA) ke-49 pada Mei 2025.
“Kembalinya Total Energies merupakan sinyal positif bahwa Indonesia masih menyimpan cadangan migas yang potensial dan layak dikembangkan,” ujar Tri, Senin (23/6).
WK Bobara memiliki luas 8.444 km² dan diperkirakan menyimpan sumber daya minyak dan gas bumi mencapai 6,8 miliar barel setara minyak (BBOE). Kontrak bagi hasil blok ini ditandatangani pada Mei 2024 untuk jangka waktu 30 tahun, dengan komitmen awal senilai US$ 16,92 juta, termasuk studi geologi dan geofisika serta survei seismik seluas 2.000 km². Nilai bonus tanda tangan yang disepakati sebesar US$ 50 ribu.
Vice President of International Assets Upstream Petronas, Mohd Redhani Abdul Rahman, menyampaikan bahwa saat ini pihaknya masih memegang 75,5 persen PI dan akan tetap bertindak sebagai operator melalui anak usaha Petronas Energy Bobara Sdn Bhd. Ia menyambut baik kolaborasi ini sebagai langkah strategis yang menguntungkan kedua belah pihak.
“Sangat menggembirakan melihat Total kembali mempertimbangkan investasi di Indonesia, dan kami antusias menyambut kemitraan ini,” ujar Redhani.
Chairman dan CEO Total Energies, Patrick Pouyanne, juga menyatakan antusiasmenya terhadap akuisisi ini. Ia menegaskan bahwa Indonesia dipandang sebagai lokasi strategis untuk ekspansi usaha jangka panjang Total, terutama dalam pengembangan gas rendah karbon berbiaya efisien dan peningkatan arus kas dari pasar LNG Asia.
“Dengan keahlian teknis dan rekam jejak kami sebagai produsen gas utama, kami yakin dapat memberikan kontribusi nyata di WK Bobara,” kata Pouyanne dalam penandatanganan Farm Out Agreement (FOA) yang digelar saat forum Energy Asia 2025 di Kuala Lumpur.
Langkah ini juga menandai kembalinya Total Energies setelah sebelumnya mengelola Blok Mahakam di Kalimantan Timur selama puluhan tahun, sebelum akhirnya diserahkan kepada Pertamina pada awal 2018.
Pemerintah berharap keberadaan Total Energies dapat mendorong pengembangan blok-blok potensial lainnya di kawasan timur Indonesia, termasuk WK Gaea I dan II di Papua Barat serta WK Akimeugah I dan II di Papua Selatan dan Papua Pegunungan.[]
Putri Aulia Maharani