Tank Israel Maju ke Pusat Kota Gaza, Komunikasi Terputus Total

Tank Israel Maju ke Pusat Kota Gaza, Komunikasi Terputus Total

GAZA — Situasi di Jalur Gaza kembali memasuki fase genting setelah tank-tank Israel dilaporkan menembus dua pintu masuk strategis Kota Gaza pada Kamis (18/09/2025). Akses komunikasi berupa internet dan jaringan telepon terputus total, mempertegas sinyal adanya operasi militer berskala besar yang tengah berlangsung.

Warga setempat menyebut pasukan Israel kini menguasai bagian timur Kota Gaza setelah menghantam kawasan padat penduduk Sheikh Radwan dan Tel Al-Hawa. Kedua wilayah itu merupakan jalur utama menuju pusat kota, tempat sebagian besar pengungsi Palestina bertahan di tengah keterbatasan pangan, air, dan obat-obatan.

“Ketika internet dan telepon mati, biasanya akan ada serangan yang brutal,” ujar Ismail, warga Gaza, yang berusaha bertahan dengan memanfaatkan eSIM dan mencari titik tinggi untuk sinyal.

Militer Israel melalui juru bicara Nadav Shoshani menyebutkan operasi ini bertujuan menekan Hamas hingga titik maksimal. “Strateginya adalah menekan Hamas sekuat mungkin, bisa menuju kesepakatan, bisa juga misi penyelamatan sandera,” katanya kepada Reuters.

Namun di balik pernyataan resmi itu, derita warga Gaza kian bertambah. Data otoritas kesehatan mencatat, sedikitnya 85 warga Palestina tewas dalam 24 jam terakhir akibat serangan udara dan darat, mayoritas di Kota Gaza. Sementara WHO memperingatkan cadangan darah di rumah sakit hampir habis. Empat warga, termasuk seorang anak, dilaporkan tewas akibat kelaparan, menambah jumlah korban kekurangan gizi menjadi 435 jiwa, dengan 147 di antaranya anak-anak.

Seiring operasi di Kota Gaza, militer Israel juga memperluas serangan ke Khan Younis dan Rafah. Selain itu, mereka menargetkan posisi Hizbullah di Lebanon selatan. Di sisi lain, situasi keamanan juga memburuk di wilayah lain. Dua warga Israel tewas di Perlintasan Allenby, Tepi Barat, dalam insiden yang disebut sebagai serangan teroris.

Penderitaan warga Gaza semakin nyata. Banyak yang memilih meninggalkan rumah dan berjalan kaki menuju pantai untuk mencari tempat aman, meski tanpa kepastian perlindungan.

“Kami akan tidur di jalanan menuju pantai, tanpa alas kaki. Kami tidak tahu harus ke mana,” ungkap Yasser Saleh, seorang pengungsi yang kini hidup di atas trailer tua bersama keluarganya.

Sementara itu, Hamas mengklaim para sandera masih ditahan di berbagai lokasi di Kota Gaza. Dari 251 sandera yang diambil sejak 7 Oktober 2023, pemerintah Israel menyebut hanya sekitar 20 orang yang diyakini masih hidup. Namun, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menolak tekanan untuk menghentikan operasi, menegaskan bahwa langkah militer dianggap cara terbaik untuk memaksa pembebasan sandera.

Konflik dua tahun terakhir antara Israel dan Hamas telah menelan lebih dari 65.000 korban jiwa. Dari jumlah itu, 3.542 tewas sejak 11 Agustus 2025, dengan 56 persen korban berada di Gaza utara. Angka tersebut menegaskan bahwa pertempuran kali ini bukan hanya soal strategi militer, tetapi juga soal krisis kemanusiaan yang kian tak terbendung. []

Diyan Febriana Citra.

Hotnews Internasional