JAKARTA – Bentrokan antarkelompok remaja kembali mencoreng ketenangan lingkungan warga Jakarta Timur. Insiden tawuran pecah di kawasan Pondok Kopi, Duren Sawit, pada Sabtu dini hari, 19 Juli 2025, mengakibatkan kepanikan warga dan memaksa aparat kepolisian bertindak cepat demi memulihkan keamanan.
Kejadian itu bermula dari aksi dua kelompok remaja yang saling serang di jalan umum, lalu berlanjut hingga ke jalur rel kereta api. Situasi berubah mencekam saat kedua kubu mulai melempar bom molotov, petasan, serta saling serang dengan senjata tajam dan batu. Aksi brutal ini tidak hanya membahayakan para pelaku, tetapi juga menimbulkan ancaman serius bagi masyarakat sekitar.
Warga setempat pun tidak bisa menyembunyikan keresahan mereka. Suara ledakan petasan dan bom molotov yang menghantam aspal membuat warga terbangun dari tidur dan ketakutan. Banyak dari mereka memilih mengunci rumah rapat-rapat demi keselamatan.
“Tawuran ini antara anak-anak dari Bintara dan Pulogebang. Awalnya mereka perang pakai bom molotov, dibalas lagi dengan petasan dan senjata tajam. Ini sangat mengganggu ketenangan warga,” ungkap Bastian, seorang warga Pondok Kopi yang menyaksikan kejadian tersebut dari dalam rumahnya.
Polisi dari Polsek Duren Sawit segera menuju lokasi usai menerima laporan. Namun, setibanya di lapangan, petugas justru mendapat perlawanan dari para pelaku tawuran. Untuk membubarkan kerumunan, tim buser yang diterjunkan akhirnya menembakkan gas air mata ke arah para remaja tersebut. Aksi itu terbukti efektif membuat para pelaku kabur dan membubarkan diri dalam kepanikan.
“Kami harus menggunakan gas air mata karena situasi sudah sangat membahayakan dan para pelaku tidak kooperatif,” ujar seorang petugas di lokasi yang enggan disebutkan namanya.
Setelah tembakan gas air mata dilepaskan, suasana mulai berangsur kondusif. Namun aparat tidak serta-merta meninggalkan lokasi. Tim patroli dan anggota buser masih berjaga sepanjang malam guna mengantisipasi kemungkinan bentrok susulan.
Fenomena tawuran remaja yang terus berulang di wilayah ini menimbulkan keprihatinan. Warga berharap tindakan tegas dari pihak kepolisian dapat dibarengi dengan langkah pencegahan yang melibatkan tokoh masyarakat, orang tua, dan sekolah-sekolah untuk membina generasi muda agar menjauhi kekerasan jalanan.
Aksi tawuran yang tidak hanya menggunakan senjata tajam tetapi juga bom molotov dan petasan menjadi tanda bahaya bahwa tingkat kekerasan di kalangan remaja telah memasuki fase yang sangat mengkhawatirkan. []
Diyan Febriana Citra.