OTTAWA — Kanada mulai menunjukkan sikap yang lebih tegas terhadap konflik Israel-Palestina. Di tengah memburuknya situasi kemanusiaan di Jalur Gaza, pemerintah Kanada mengerahkan bantuan udara langsung untuk membantu warga sipil yang terdampak perang berkepanjangan antara Israel dan Hamas.
Dalam pernyataan resminya pada Senin (04/08/2025), pemerintah Kanada menyebut bahwa Angkatan Bersenjata mereka telah mengoperasikan pesawat CC-130J Hercules untuk mengangkut dan menjatuhkan bantuan kemanusiaan bagi penduduk Gaza yang kini menghadapi kelaparan akut.
“Angkatan Bersenjata Kanada menggunakan pesawat CC-130J Hercules untuk melakukan pengiriman bantuan kemanusiaan penting yang mendukung Global Affairs Canada ke Jalur Gaza,” demikian bunyi pernyataan tersebut.
Pengiriman ini memuat 10,8 ton bantuan berupa makanan dan kebutuhan dasar lainnya. Canadian Broadcasting Corporation mencatat, ini merupakan kali pertama Kanada mengirim bantuan udara ke Gaza dengan menggunakan armada militernya sendiri.
Langkah ini dilakukan menyusul laporan dari militer Israel bahwa enam negara, yakni Yordania, Uni Emirat Arab, Mesir, Jerman, Belgia, dan Kanada, telah melakukan pengiriman bantuan lewat udara dalam upaya menjangkau warga sipil yang terisolasi akibat konflik.
Namun, Kanada tidak berhenti pada aksi kemanusiaan. Negara ini juga menegaskan rencana politiknya untuk mengakui Negara Palestina dalam sidang PBB pada September 2025 mendatang langkah yang diperkirakan akan menambah tekanan diplomatik terhadap Israel, terutama di saat kritik internasional terhadap pembatasan akses bantuan kemanusiaan kian menguat.
“Penghalangan bantuan ini adalah pelanggaran terhadap hukum internasional kemanusiaan dan harus segera dihentikan,” ujar pemerintah Kanada.
Pembatasan Israel terhadap masuknya bantuan ke Gaza telah menjadi sorotan. Sejak Maret, pasokan makanan sempat diputus sepenuhnya dan baru dibuka kembali pada Mei, itupun dengan pengawasan ketat. Pemerintah Israel beralasan langkah tersebut dilakukan guna mencegah penyalahgunaan bantuan oleh Hamas.
Presiden AS Donald Trump menuduh Hamas mencuri dan memperjualbelikan bantuan. Namun, menurut laporan Reuters, tidak ditemukan bukti sistematis bahwa Hamas melakukan pencurian bantuan yang didanai AS.
Di sisi lain, Israel menyebut bahwa mereka tengah mempertimbangkan langkah-langkah baru, seperti menghentikan pertempuran sementara di area tertentu dan membuka jalur aman bagi konvoi bantuan.
Konflik yang berlangsung sejak serangan Hamas pada Oktober 2023, yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 lainnya, telah berujung pada pembalasan militer besar-besaran dari Israel. Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan lebih dari 60.000 warga Palestina tewas akibat serangan-serangan tersebut, serta menimbulkan krisis pengungsi dan kelaparan.
Tindakan militer Israel telah memicu tuduhan genosida di Mahkamah Internasional serta penyelidikan kejahatan perang di Pengadilan Kriminal Internasional. Meski demikian, Israel terus membantah seluruh tuduhan tersebut dan menyalahkan Hamas atas penderitaan di Gaza.
Dalam konteks ini, peran Kanada menunjukkan upaya nyata komunitas internasional untuk tidak hanya menjadi pengamat, tetapi juga aktor aktif dalam merespons krisis kemanusiaan global. []
Diyan Febriana Citra.