BEIJING – Menteri Luar Negeri Tiongkok, Wang Yi, menegaskan komitmen Beijing untuk memperkuat kerja sama dengan Korea Utara serta menolak dominasi asing dalam urusan global. Hal ini disampaikan Wang saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Korea Utara, Choe Son-hui, pada Minggu (28/9/2025).
Pertemuan itu berlangsung hanya beberapa pekan setelah pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, melakukan kunjungan langka ke Tiongkok untuk mempererat ikatan bilateral. Kedekatan tersebut dinilai menjadi sinyal bahwa Beijing dan Pyongyang semakin ingin menunjukkan posisi strategis bersama di tengah ketegangan internasional.
“Mempertahankan, mengonsolidasikan, dan mengembangkan hubungan Tiongkok–DPRK selalu menjadi kebijakan strategis yang teguh,” kata Wang Yi, mengacu pada akronim resmi Korea Utara. Ia menambahkan, “Tiongkok bersedia memperkuat koordinasi dan kerja sama dengan DPRK dalam urusan internasional dan regional, menentang segala bentuk hegemonisme, serta menjaga kepentingan bersama kedua pihak dan prinsip keadilan serta kesetaraan internasional.”
Pernyataan Wang diyakini mengarah pada Amerika Serikat yang kerap menjadi rival utama Tiongkok dalam isu geopolitik maupun ekonomi. Meski hubungan Beijing–Pyongyang sempat renggang akibat program nuklir Korea Utara, kedua negara tetap memelihara kedekatan politik yang strategis.
Awal September lalu, Kim Jong-un berdiri di samping Presiden Tiongkok Xi Jinping dalam parade militer di Beijing untuk memperingati 80 tahun berakhirnya Perang Dunia II. Kehadiran Kim di momen bersejarah tersebut dinilai sebagai simbol pentingnya hubungan kedua negara yang sama-sama menolak tekanan Barat.
Tiongkok selama ini menjadi sumber dukungan utama bagi Korea Utara, baik secara diplomatik, ekonomi, maupun politik. Sementara itu, Pyongyang kerap menampilkan sikap sejalan dengan Beijing, terutama dalam menentang kebijakan Amerika Serikat.
Kim Jong-un sebelumnya juga menyatakan kesiapan untuk membuka kembali komunikasi dengan Washington, asalkan Amerika Serikat menghentikan tuntutan agar Korea Utara meninggalkan program senjata nuklir. Pyongyang menegaskan program nuklir tersebut diperlukan sebagai bentuk pertahanan menghadapi ancaman dari AS dan sekutunya, termasuk Korea Selatan.
Kerja sama yang kembali ditekankan Wang Yi ini memperlihatkan bahwa Tiongkok dan Korea Utara berusaha memperkuat poros politik mereka di kawasan, sekaligus menegaskan posisi anti-hegemonisme dalam percaturan internasional. []
Putri Aulia Maharani