HANOI – Vietnam kembali menghadapi ujian berat setelah Topan Kajiki menerjang kawasan utara-tengah sejak Senin (25/08/2025). Hantaman angin kencang yang disertai hujan deras mengakibatkan tiga orang meninggal dunia dan 10 lainnya mengalami luka-luka.
Otoritas Vietnam menyebut, meskipun kekuatan angin mulai melemah ketika Kajiki bergerak menuju Laos pada Selasa (26/08/2025) pagi, hujan deras yang masih mengguyur hingga kini tetap menimbulkan ancaman serius. Risiko banjir besar dan tanah longsor menjadi perhatian utama pemerintah serta tim penyelamat di berbagai daerah.
Kerusakan yang ditinggalkan topan ini tidaklah kecil. Data sementara menunjukkan hampir 7.000 rumah hancur atau mengalami kerusakan berat. Selain itu, banjir juga menggenangi lebih dari 28.800 hektare sawah, mengancam ketahanan pangan lokal dan menimbulkan kerugian ekonomi yang signifikan bagi para petani. Lebih dari 18.000 pohon tumbang, mengganggu transportasi serta memperlambat distribusi bantuan darurat.
Dampak pada infrastruktur pun cukup parah. Sebanyak 331 tiang listrik dilaporkan roboh, menyebabkan pemadaman listrik luas di lima provinsi, yakni Thanh Hoa, Nghe An, Ha Tinh, Thai Nguyen, dan Phu Tho. Kondisi ini memperburuk situasi warga yang sudah terdampak banjir, karena akses komunikasi dan kebutuhan dasar menjadi terbatas.
Di Ibu Kota Hanoi, jalan-jalan utama tergenang air sejak Selasa dini hari. Foto-foto yang tersebar melalui media pemerintah menunjukkan kendaraan terjebak di jalanan yang berubah menjadi seperti sungai. Aktivitas masyarakat terpaksa lumpuh, sementara sejumlah sekolah dan kantor pemerintahan ditutup untuk menghindari risiko keselamatan.
Badan Cuaca Nasional Vietnam menjelaskan, hujan ekstrem dengan intensitas hingga 150 mm dalam enam jam berpotensi terjadi di sejumlah wilayah utara. Peringatan dini banjir bandang dan tanah longsor pun terus digencarkan, terutama bagi daerah pegunungan yang rentan terhadap longsoran tanah.
Kajiki sebelumnya sempat melewati pesisir selatan Pulau Hainan, China, pada Minggu (24/08/2025) sebelum menghantam daratan Vietnam. Pergerakan topan yang cepat membuat warga di beberapa daerah kesulitan melakukan evakuasi lebih awal. Meski demikian, pemerintah pusat bersama aparat lokal segera menurunkan ribuan personel untuk membantu proses evakuasi, penyelamatan, serta pemulihan pascabencana.
Pemerintah Vietnam menegaskan bahwa prioritas utama saat ini adalah penyelamatan korban, penyaluran logistik, dan pemulihan akses listrik maupun komunikasi.
“Kami terus bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk memastikan kebutuhan dasar masyarakat terpenuhi, khususnya makanan, air bersih, dan tempat tinggal sementara,” ujar seorang pejabat Badan Penanggulangan Bencana.
Bencana ini menjadi pengingat bahwa Vietnam, yang terletak di jalur rawan badai tropis Asia Tenggara, harus meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi topan musiman. Kajiki menambah daftar panjang badai yang melanda kawasan dalam beberapa tahun terakhir, sekaligus menjadi tantangan bagi pemerintah dalam membangun sistem mitigasi bencana yang lebih tangguh di masa depan. []
Diyan Febriana Citra.