Trump Akan Sambut Presiden Suriah di Gedung Putih

Trump Akan Sambut Presiden Suriah di Gedung Putih

Bagikan:

WASHINGTON — Hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan Suriah tampaknya memasuki babak baru setelah bertahun-tahun dilanda ketegangan. Presiden AS Donald Trump dijadwalkan menerima kunjungan resmi Presiden Suriah Ahmed Al Sharaa di Gedung Putih pada Senin (10/11/2025). Pertemuan tersebut menjadi tonggak bersejarah karena untuk pertama kalinya seorang kepala negara Suriah disambut secara resmi di Washington.

Juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt mengonfirmasi agenda itu pada Selasa (04/11/2025). Ia menyebut pertemuan tersebut merupakan bagian dari strategi diplomasi Presiden Trump yang berfokus pada “pendekatan langsung” untuk mendorong perdamaian global.

“Saya dapat mengonfirmasi bahwa pertemuan itu akan berlangsung di Gedung Putih. Ini merupakan bagian dari upaya presiden untuk bertemu dengan siapa pun di dunia dalam rangka mencapai perdamaian,” kata Leavitt dalam konferensi pers.

Langkah ini memperkuat arah baru kebijakan luar negeri Trump yang kian menekankan rekonsiliasi dengan negara-negara yang sebelumnya dikucilkan Washington. Sebelumnya, Trump juga sempat melakukan kunjungan ke Damaskus pada Mei 2025, di mana ia mencabut sebagian besar sanksi ekonomi terhadap Suriah yang telah berlangsung lebih dari satu dekade.

Leavitt menjelaskan, pencabutan sanksi tersebut bertujuan untuk “memberikan peluang nyata bagi Suriah dalam membangun kembali stabilitas pascaperang.” Ia menambahkan, “Pemerintahan Trump telah melihat kemajuan yang baik di bawah kepemimpinan baru mereka.”

Ahmed Al Sharaa naik ke kursi presiden setelah kejatuhan Bashar Al Assad pada akhir tahun lalu, menyusul kemenangan pasukan pemberontak di sejumlah wilayah kunci. Kepemimpinannya menandai fase baru dalam sejarah Suriah, dengan janji membawa negara itu keluar dari isolasi internasional.

Meski ini kunjungan pertamanya ke Gedung Putih, Sharaa sebelumnya telah datang ke Amerika Serikat pada September 2025, ketika berpidato di Majelis Umum PBB di New York. Ia menjadi presiden Suriah pertama dalam beberapa dekade yang berbicara di forum global tersebut, menegaskan komitmen Damaskus terhadap “perdamaian dan rekonstruksi nasional.”

Menurut Menteri Luar Negeri Suriah Asaad Al Shaibani, kunjungan Sharaa ke Washington kali ini akan membahas sejumlah isu penting, termasuk pencabutan sanksi yang tersisa, program rekonstruksi pascaperang, serta kerja sama kontra-terorisme.

Sementara itu, utusan khusus AS untuk Suriah Tom Barrack menyatakan bahwa Sharaa juga diharapkan menandatangani perjanjian kerja sama dalam aliansi internasional pimpinan AS untuk memerangi kelompok Negara Islam (IS).

Sosok Ahmed Al Sharaa sebelumnya dikenal luas sebagai mantan pemimpin kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS), faksi yang dulu berafiliasi dengan Al-Qaeda. Namun sejak naik ke tampuk kekuasaan, ia berupaya menghapus stigma ekstremis dan menampilkan citra moderat di mata dunia. Washington sendiri secara resmi menghapus HTS dari daftar organisasi teroris pada Juli 2025, menandai titik balik dalam hubungan kedua negara.

Langkah diplomatik ini menunjukkan bahwa pemerintahan Trump berupaya mengubah pendekatan AS di Timur Tengah — dari konfrontasi menuju negosiasi. Bagi Suriah, kunjungan ini bukan sekadar simbol, tetapi juga peluang untuk membuka kembali pintu diplomasi dan investasi internasional setelah lebih dari satu dekade konflik. []

Diyan Febriana Citra.

Bagikan:
Internasional