TOKYO — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menegaskan bahwa negaranya tidak akan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang dijadwalkan berlangsung di Johannesburg, Afrika Selatan, pada akhir November 2025 ini. Pernyataan tersebut disampaikan Trump melalui unggahan di media sosial pribadinya pada Jumat (07/11/2025), dengan alasan terkait dugaan pelanggaran hak asasi manusia di negara tuan rumah.
Trump menuding pemerintah Afrika Selatan (Afsel) telah memperlakukan petani kulit putih secara tidak adil dan gagal melindungi hak kepemilikan lahan mereka. Ia bahkan menyoroti isu kekerasan terhadap komunitas Afrikaner, yakni keturunan pemukim Belanda serta imigran Prancis dan Jerman yang telah lama bermukim di Afrika Selatan.
“Sungguh memalukan bahwa G20 akan diselenggarakan di Afrika Selatan. Orang-orang Afrikaner sedang dibunuh dan disembelih, sementara tanah dan lahan pertanian mereka dirampas secara ilegal,” ujar Trump dalam pernyataannya. Ia menegaskan, “Amerika Serikat tidak akan mengirim perwakilan apa pun selama Afrika Selatan terus melakukan pelanggaran hak asasi manusia.”
Sebelumnya, pada September lalu, Trump sempat menyatakan bahwa dirinya tidak akan menghadiri pertemuan kelompok 20 negara ekonomi terbesar dunia tersebut dan berencana mengutus Wakil Presiden JD Vance sebagai wakil resmi. Namun, keputusan terbarunya membatalkan seluruh kehadiran perwakilan AS dalam forum tersebut menandai perubahan sikap politik yang cukup signifikan.
Langkah ini memicu berbagai reaksi di kalangan pengamat hubungan internasional. Beberapa menilai keputusan Trump dapat memengaruhi posisi Amerika Serikat di kancah diplomasi global, terutama mengingat G20 merupakan forum ekonomi internasional yang membahas stabilitas keuangan, perdagangan, dan pembangunan global.
Sebagian lainnya menilai pernyataan Trump sarat dengan pesan politik domestik, mengingat isu pertanian dan hak kepemilikan tanah menjadi topik sensitif di dalam negeri menjelang masa kampanye politik AS.
Afrika Selatan sendiri menjadi negara Afrika pertama yang memegang presidensi G20. Pertemuan puncak tersebut dijadwalkan berlangsung selama dua hari, mulai 22 November 2025, di kota Johannesburg. Pemerintah Afsel telah menegaskan komitmennya untuk menggelar KTT dengan tema pembangunan berkelanjutan dan inklusivitas ekonomi lintas kawasan.
Sementara itu, Trump dikabarkan akan menjadi tuan rumah KTT G20 tahun depan di Amerika Serikat, tepatnya di resor golf miliknya di Miami, Florida. Ia menyebut kesempatan itu sebagai momentum untuk menunjukkan “keberhasilan luar biasa” pemerintahannya kepada dunia.
Meski demikian, sejumlah analis memandang keputusan Trump untuk memboikot KTT G20 di Afsel dapat menimbulkan ketegangan diplomatik baru antara Washington dan Pretoria. Selain itu, absennya Amerika Serikat dalam pertemuan tersebut diperkirakan dapat memengaruhi dinamika pembahasan isu global, termasuk energi, perdagangan, dan keamanan pangan. []
Diyan Febriana Citra.

