Trump Gelar Pertemuan Gaza, AS Targetkan Perdamaian Akhir 2025

Trump Gelar Pertemuan Gaza, AS Targetkan Perdamaian Akhir 2025

WASHINGTON – Pemerintah Amerika Serikat (AS) kembali menempatkan isu Gaza sebagai prioritas politik luar negeri. Presiden AS Donald Trump dijadwalkan memimpin rapat besar di Gedung Putih pada Rabu (27/08/2025) waktu setempat, dengan agenda utama membahas langkah diplomasi untuk menghentikan konflik berkepanjangan antara Israel dan Hamas.

Utusan khusus AS, Steve Witkoff, mengungkapkan bahwa Washington optimistis perang dapat dihentikan sebelum akhir 2025. “Ya, kami akan mengadakan pertemuan besar di Gedung Putih besok, dipimpin presiden, dan ini adalah rencana yang sangat komprehensif yang akan kami susun keesokan harinya,” ujar Witkoff, Selasa (26/08/2025).

Witkoff menambahkan bahwa kedua pihak, baik Israel maupun Hamas, telah menunjukkan sinyal kesediaan membuka jalur dialog. “Kami pikir kami akan menyelesaikan ini dengan satu atau lain cara, setidaknya sebelum akhir tahun ini,” lanjutnya.

Sejak masa kampanye Pemilu 2024, Trump berulang kali menjanjikan penyelesaian cepat konflik Gaza. Namun, memasuki hampir tujuh bulan masa pemerintahannya, janji itu belum sepenuhnya terwujud. Pada awal masa jabatannya sempat terjadi gencatan senjata dua bulan, tetapi situasi kembali memburuk setelah serangan Israel pada 18 Maret 2025 yang menewaskan sekitar 400 warga Palestina.

Kondisi kemanusiaan di Gaza kian memprihatinkan. Gambar warga, termasuk anak-anak, yang mengalami kelaparan dalam beberapa pekan terakhir memicu kritik internasional. Komunitas global menekan Israel atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia, sementara Washington dituntut menunjukkan peran nyata dalam meredam krisis.

Data otoritas kesehatan Palestina menyebutkan, sejak serangan intensif Israel dimulai pada Oktober 2023, lebih dari 62.000 warga Gaza tewas. Selain itu, jutaan warga kehilangan tempat tinggal dan hidup dalam keterbatasan pangan. Israel membantah tuduhan genosida yang diajukan ke pengadilan internasional, dengan alasan operasi militer dilakukan untuk merespons serangan Hamas pada Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 orang dan menyebabkan 250 warga Israel disandera.

Pertemuan yang akan dipimpin langsung Presiden Trump dinilai menjadi momentum penting. Selain untuk menguji pengaruh AS di Timur Tengah, pertemuan ini juga berpotensi menjadi langkah strategis Trump dalam memperbaiki citra politik luar negeri pemerintahannya yang mendapat sorotan keras sejak pecahnya kembali konflik Gaza.

“Ini bukan hanya soal menghentikan perang, tetapi juga membangun jalan keluar yang lebih permanen bagi perdamaian,” kata Witkoff menegaskan.

Jika rencana diplomasi AS ini berhasil, pertemuan Gedung Putih bisa menjadi titik balik penting bagi tercapainya gencatan senjata yang berkelanjutan, sekaligus mengurangi penderitaan warga Gaza yang selama hampir dua tahun terakhir hidup dalam kepungan perang. []

Diyan Febriana Citra.

Hotnews Internasional