Trump Kirim Surat Perdamaian ke Thailand, Anutin Tetap Keras

Trump Kirim Surat Perdamaian ke Thailand, Anutin Tetap Keras

BANGKOK – Upaya Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk tampil sebagai juru damai di Asia Tenggara kembali menjadi sorotan. Melalui surat yang dikirim pada Kamis (09/10/2025), Trump mendesak Perdana Menteri Thailand, Anutin Charnvirakul, agar segera mencari titik damai dengan Kamboja. Langkah ini dilakukan di tengah spekulasi bahwa Trump tengah memburu pengakuan internasional, termasuk kemungkinan meraih Penghargaan Nobel Perdamaian.

Sehari sebelum surat itu diterima, Anutin sempat memberikan tanggapan dingin terhadap peran Washington dalam proses mediasi konflik perbatasan Thailand–Kamboja. Namun, surat resmi dari Gedung Putih tampaknya menjadi sinyal bahwa Amerika Serikat bertekad mempertahankan citranya sebagai kekuatan penengah global.

“Presiden Trump mengirimkan surat kepada saya yang menyatakan keinginannya untuk melihat kedua negara, Thailand dan Kamboja, berunding guna menemukan solusi atas konflik ini,” ujar Anutin kepada wartawan di Bangkok, dikutip dari AFP.

Menurut Anutin, pemerintah Thailand tidak menolak negosiasi, tetapi menegaskan bahwa Kamboja harus terlebih dahulu memenuhi sejumlah syarat. Di antaranya, menarik seluruh senjata berat dari wilayah perbatasan, membersihkan ranjau darat, menindak jaringan penipuan daring lintas negara, dan memindahkan warga dari area yang diklaim sebagai wilayah Thailand.

Di sisi lain, Kamboja tetap bersikeras mempertahankan klaimnya. Pemerintah di Phnom Penh menyebut bahwa warga mereka telah tinggal di desa-desa perbatasan tersebut selama beberapa dekade.

Ketegangan kedua negara meningkat tajam sejak Juli 2025, ketika bentrokan di sekitar Provinsi Preah Vihear menewaskan lebih dari 40 orang dan memaksa lebih dari 300.000 warga mengungsi. Gencatan senjata yang difasilitasi sebagian oleh Trump berhasil menghentikan pertempuran selama lima hari, meski pelanggaran di lapangan masih sering terjadi.

Menariknya, Perdana Menteri Kamboja Hun Manet kemudian justru mencalonkan Trump untuk penghargaan Nobel Perdamaian, menyebut keberhasilan diplomasi Washington sebagai langkah “inovatif” yang membawa jeda dalam konflik bersenjata.

Ketika ditanya apakah langkah Kamboja itu berpotensi mengubah posisi diplomatik Thailand, Anutin menegaskan fokusnya tidak bergeser. “Saya hanya peduli pada kepentingan Thailand, keselamatan rakyat Thailand, dan kedaulatan bangsa,” katanya. “Kalau ada yang memenangi Nobel, ya bagus untuk mereka. Tapi itu tidak ada hubungannya dengan apa yang akan dilakukan Thailand,” ujar Anutin menambahkan.

Ia juga menyindir secara halus bahwa mediator konflik kali ini bukan dari kawasan, melainkan “berasal dari benua lain” menyiratkan skeptisisme Bangkok terhadap intervensi Washington. []

Diyan Febriana Citra.

Internasional