PARLEMENTARIA – Ribuan mahasiswa baru Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda mengikuti Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) 2025, Selasa (19/8/2025), dengan penuh antusias. Momentum awal perkuliahan itu tidak sekadar menjadi ajang adaptasi, melainkan juga pengingat penting tentang peran mahasiswa sebagai agen perubahan bangsa.
Dalam kegiatan bertema “Navigasi Kampus Dengan Kompas Keislaman, Mengenal UINSI, Jelajah Potensi, Membangun Mahasiswa Berintegritas untuk Indonesia Emas”, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kalimantan Timur (Kaltim), Ananda Emira Moeis, hadir menyampaikan orasi inspiratif. Kehadiran politikus PDI Perjuangan itu memberikan warna tersendiri di tengah semarak acara yang dipadukan dengan pengenalan lingkungan akademik dan penguatan nilai keislaman.
Ananda membuka pidatonya dengan semangat juang yang membakar suasana. “Hidup mahasiswa, hidup rakyat Indonesia, hidup perempuan yang berlawan. Salam cinta, salam juang, karena cinta kita berjuang!” pekiknya, disambut sorakan riuh para peserta yang memadati ruangan.
Bagi Ananda, dunia kampus bukan hanya ruang belajar akademis, melainkan medan penting pembentukan karakter. Ia menekankan, fase perkuliahan adalah awal perjalanan panjang menuju kedewasaan. “Alhamdulillah hari ini kalian masuk ke bab baru, bab yang bukan lagi sekadar ikut aturan seperti masa sekolah dulu, tetapi mirip perjalanan terjal dalam menemukan jati diri,” ujarnya.
Menurutnya, mahasiswa tidak bisa hanya memaknai kebebasan sebagai lepas dari aturan, melainkan kesempatan untuk menguji kemampuan diri sekaligus menentukan arah hidup. “Menjadi mahasiswa berarti lebih dari sekadar siswa. Kalian akan ditempa dan diuji, dipaksa belajar menjadi dewasa dalam arti yang sebenar-benarnya,” jelasnya.
Ananda juga memberi pesan khusus tentang pentingnya keberanian. Perubahan besar, kata dia, hanya bisa lahir dari pribadi yang siap menanggung risiko dan tidak gentar menghadapi kegagalan. “Jangan sampai pintar teori tetapi kalah dengan logika dasar, karena setinggi apa pun ilmu bisa nyasar tanpa common sense,” tegasnya.
Baginya, kegagalan bukanlah aib, melainkan bagian dari proses menuju kematangan. Ia mendorong mahasiswa untuk berani mengambil langkah, meski penuh risiko. “Semua punya tanggung jawab besar untuk berbuat di bidangnya masing-masing. Beranilah berpikir, berani gagal. Kalian tidak hanya sedang membentuk masa depan pribadi, tetapi juga masa depan bangsa,” pungkasnya.
Pesan tersebut semakin relevan jika dikaitkan dengan cita-cita Indonesia Emas 2045, ketika Indonesia diproyeksikan menjadi negara maju. Mahasiswa sebagai kelompok intelektual memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga idealisme sekaligus memberi solusi nyata bagi persoalan bangsa.
Acara PBAK UINSI 2025 sendiri dirancang bukan sekadar seremonial. Selain menghadirkan tokoh publik, kegiatan ini juga memperkenalkan nilai-nilai akademik kampus, tradisi keislaman, hingga forum pengembangan diri. Melalui kegiatan itu, mahasiswa baru diharapkan lebih cepat beradaptasi sekaligus memahami peran strategisnya di masyarakat.
Hadirnya Ananda Emira Moeis juga memperlihatkan sinergi antara dunia politik dan dunia kampus. Pesan yang disampaikannya seolah menjadi jembatan antara idealisme mahasiswa dan realitas dunia luar yang penuh tantangan. Di satu sisi, mahasiswa diingatkan untuk kritis. Di sisi lain, mereka didorong agar siap membumi dan menghadirkan solusi yang aplikatif.
Dengan antusiasme ribuan mahasiswa baru, kegiatan PBAK UINSI tahun ini tidak hanya mencatatkan semangat kolektif, tetapi juga menegaskan kembali pentingnya mahasiswa sebagai penjaga moral bangsa. Jika pesan yang disampaikan Ananda mampu diinternalisasi, maka generasi muda yang kini menapaki bangku kuliah bukan hanya menjadi penikmat ilmu, melainkan juga motor penggerak perubahan menuju Indonesia yang lebih adil dan berkeadilan sosial. []
Penulis: Muhammaddong | Penyunting: Agnes Wiguna