JAKARTA — Pemerintah terus mendorong upaya pencegahan kanker serviks melalui perluasan program vaksinasi Human Papillomavirus (HPV) yang menyasar anak perempuan sejak usia sekolah dasar. Program ini menjadi bagian penting dari transformasi sistem kesehatan nasional yang menitikberatkan pada langkah preventif agar perempuan Indonesia terlindungi sejak dini dari penyakit mematikan tersebut.
Wakil Menteri Kesehatan Benjamin Paulus Octavianus menegaskan bahwa vaksin HPV diberikan secara gratis kepada siswa kelas 5 dan kelas 6 sekolah dasar. Program nasional ini telah berjalan sejak 2023 dan menjadi prioritas pemerintah dalam menekan angka kanker serviks yang masih tergolong tinggi di Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Benjamin dalam acara Vaksin HPV Menuju 500 Tahun Jakarta yang digelar di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Selasa (23/12/2025). Dalam kesempatan itu, ia menekankan pentingnya peran orang tua, khususnya para ibu, untuk memastikan anak-anak mereka memperoleh vaksin sesuai jadwal.
“Sejak 2023, ibu-ibu yang punya anak tolong diingat ini. Kalau anaknya umurnya kelas 5 dan kelas 6 SD, dilakukan vaksinasi ini cukup dua kali,” kata Benjamin.
Menurut Benjamin, pemerintah telah memastikan bahwa vaksinasi HPV untuk anak perempuan di bawah usia 15 tahun diberikan tanpa biaya. Kebijakan ini diambil agar tidak ada hambatan ekonomi yang menghalangi akses masyarakat terhadap layanan kesehatan pencegahan.
“Kalau usia di bawah 15 tahun, tolong dicatat ibu-ibu, diingatkan tetangganya, diingatkan semua. Ini gratis untuk program Ibu-ibu yang punya anak SD kelas 5 dan kelas 6 SD,” ujar Benjamin.
Ia juga mengajak seluruh masyarakat untuk turut menyebarkan informasi mengenai program tersebut, sehingga cakupan vaksinasi dapat semakin luas dan merata di seluruh wilayah.
“Tolong kita bukan hanya kita di sini, tapi kita menyebarkan berita baik ini supaya anak-anak wanita kita divaksin di usia, karena ini program nasional mulai 2023. Penting sekali dicatat,” lanjutnya.
Benjamin menjelaskan bahwa kanker serviks masih menjadi ancaman serius bagi perempuan. Tingginya angka kematian akibat penyakit ini menjadi alasan utama pemerintah memperkuat strategi pencegahan melalui vaksinasi HPV.
“Jadi, kanker leher rahim itu kan sangat berbahaya. Angka kematiannya sangat tinggi. Kalau seorang wanita terkena kanker itu, sangat berbahaya dan daya bunuhnya sangat tinggi,” katanya.
Lebih lanjut, Benjamin memaparkan bahwa vaksin HPV telah ditemukan secara global sejak 2006 dan mulai digunakan di Indonesia pada 2016. Seiring waktu, efektivitas vaksin ini terus terbukti dalam menurunkan risiko kanker serviks secara signifikan.
Ia juga menjelaskan perbedaan skema vaksinasi berdasarkan usia penerima. Untuk perempuan berusia di atas 15 tahun, vaksin HPV diberikan sebanyak tiga dosis.
“Jadi, tolong melalui acara ini, selain kita vaksinasi buat wanita di atas 15 tahun. Vaksinasinya tiga kali, sekarang, dua bulan lagi, sama enam bulan lagi. Tiga kali,” ujar Benjamin.
Ia menambahkan bahwa vaksinasi tersebut memiliki tingkat efektivitas yang sangat tinggi dalam mencegah kanker serviks.
“Nah, sehingga efektif untuk mencegah terkena kanker 90 persen lebih, sehingga kita bisa terbebas daripada kanker serviks,” lanjutnya.
Menutup pernyataannya, Benjamin menegaskan komitmen Kementerian Kesehatan untuk terus memperluas cakupan vaksinasi HPV sebagai bagian dari upaya membangun generasi perempuan Indonesia yang sehat dan produktif.
“Jadi pemerintah, Kementerian Kesehatan, berkomitmen terus untuk memperluas cakupan vaksinasi HPV ini sebagai bagian transformasi sistem kesehatan nasional agar setiap perempuan Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk hidup sehat, produktif, dan bermartabat,” pungkasnya. []
Diyan Febriana Citra.

