LEMBATA – Aktivitas vulkanik Gunung Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), kembali menunjukkan peningkatan yang signifikan. Rabu pagi (16/07/2025), gunung dengan ketinggian 1.723 meter di atas permukaan laut itu kembali meletus, memuntahkan kolom abu setinggi 300 meter dari puncak.
Letusan tersebut terjadi sekitar pukul 09.08 Wita dan disertai suara dentuman serta gemuruh yang cukup kuat, sebagaimana dilaporkan oleh petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Ile Lewotolok, Fajaruddin M Balido.
“Letusan disertai dentuman dan gemuruh kuat,” ujar Fajaruddin dalam keterangan resminya. Ia menambahkan bahwa kolom abu terlihat berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang, condong ke arah barat.
Aktivitas gunung tersebut sudah meningkat sejak beberapa waktu terakhir. Dalam periode pengamatan antara pukul 00.00 hingga 06.00 Wita, tercatat sebanyak 24 kali letusan, dengan tinggi kolom asap antara 100 hingga 300 meter.
“Teramati 24 kali letusan dengan tinggi 100-300 meter dan warna asap putih serta kelabu,” tambah Fajaruddin.
Selain letusan, aktivitas kegempaan juga terekam cukup intens. Dalam kurun waktu yang sama, tercatat 43 gempa embusan, satu kali tremor non-harmonik, dua kali gempa vulkanik dalam, dan satu gempa tektonik jauh.
Melihat tingginya aktivitas tersebut, Fajaruddin mengimbau masyarakat sekitar, termasuk para pendaki dan wisatawan, untuk tidak melakukan aktivitas dalam radius 3 kilometer dari pusat erupsi.
“Kami mengingatkan agar masyarakat tetap tenang, namun juga waspada. Jangan memasuki zona berbahaya dalam radius 3 kilometer dari kawah aktif,” tegasnya.
Tingkat aktivitas Gunung Ile Lewotolok saat ini masih berada pada Level III atau Siaga, yang berarti masyarakat harus bersiap menghadapi kemungkinan erupsi yang lebih besar.
Letusan Ile Lewotolok bukan hal baru bagi warga Lembata. Gunung ini tercatat telah beberapa kali meletus dalam satu dekade terakhir. Namun, meningkatnya intensitas letusan dalam kurun waktu singkat menggarisbawahi pentingnya edukasi kebencanaan dan kesiapsiagaan.
Pemerintah daerah, BPBD, serta aparat setempat diharapkan dapat mengintensifkan sosialisasi evakuasi dini, distribusi masker, dan langkah mitigasi lainnya guna mengurangi risiko kesehatan akibat paparan abu vulkanik.
Dalam kondisi seperti ini, peran aktif masyarakat untuk mematuhi arahan dari pihak berwenang sangat penting demi keselamatan bersama. Mengabaikan larangan mendekati kawah dapat berakibat fatal, mengingat letusan bisa terjadi sewaktu-waktu.
Pihak berwenang juga diharapkan terus memperbarui informasi seputar perkembangan aktivitas gunung agar masyarakat tidak terjebak dalam kepanikan atau misinformasi. []
Diyan Febriana Citra.