PEKANBARU – Ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) kembali mencuat di Riau, terutama menjelang agenda nasional seperti Festival Pacu Jalur yang dijadwalkan berlangsung Agustus 2025 dan akan dihadiri Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Dalam upaya meredam potensi gangguan lingkungan dan sosial, Kepolisian Daerah (Polda) Riau bergerak cepat dengan menindak tegas pelaku pembakaran lahan.
Kapolda Riau Irjen Herry Heryawan mengungkapkan, hingga Selasa (22/07/2025), aparat telah menetapkan 29 orang sebagai tersangka dalam 23 kasus pembakaran lahan, dengan total luas lahan yang terbakar mencapai 213 hektare. Hal ini disampaikan dalam konferensi pers di Kantor Gubernur Riau, Pekanbaru.
“Setelah satu minggu ke belakang kita ungkap dengan total 29 tersangka dan 213 hektare lahan hangus terbakar,” ungkap Herry.
Menurut Herry, penegakan hukum ini bukan hanya bentuk reaksi terhadap kejahatan lingkungan, melainkan juga bagian dari komitmen jangka panjang melindungi ekosistem Riau. Ia menegaskan kerja sama lintas sektor dalam mengatasi karhutla tetap solid.
“Komitmen Polda Riau bersama Forkopimda, Pak Danrem dan Pak Danlanud, adalah terus melanjutkan upaya pelestarian lingkungan baik melalui pendekatan preventif, preemtif, edukatif, juga tidak lupa melakukan penegakan hukum yang adil dan transparan,” ujarnya.
Sebaran kasus tersebar di sejumlah wilayah, termasuk satu kasus oleh Ditreskrimsus Polda Riau dengan dua tersangka, satu kasus di Polres Indragiri Hilir, lima kasus di Polres Rokan Hilir, tujuh kasus di Polres Rokan Hulu, serta beberapa lainnya di Polres Pelalawan dan Kuantan Singingi.
Herry menekankan perlunya kewaspadaan khusus di Kuansing mengingat potensi karhutla di wilayah tersebut bisa berdampak pada pelaksanaan event nasional. “Jangan sampai di bulan Agustus terjadi karhutla,” tegasnya.
Di sisi lain, upaya pengendalian karhutla juga dilakukan melalui Operasi Modifikasi Cuaca (OMC). Kepala BNPB Letjen Suharyanto menyebut, sejumlah wilayah di Riau seperti Rokan Hulu, Rokan Hilir, Bengkalis, dan Dumai telah mengalami dampak cukup luas akibat karhutla. Namun, hujan buatan mulai menunjukkan hasil.
“Akibat hujan ini bisa menurunkan titik api, yang semula sampai 500-an, sekarang di bawah 100, ini informasi sementara,” katanya.
Modifikasi cuaca telah dilakukan beberapa kali, dengan pekan ini memasuki pelaksanaan keempat. Selain hujan buatan, kondisi lingkungan juga mendukung, karena masih terdapat genangan air di lahan-lahan terbakar.
“Air sebetulnya cukup banyak untuk memadamkan api, karena sebelumnya sudah kita lakukan pembasahan,” ujarnya.
Dua pesawat telah digunakan dalam dua hari operasi, masing-masing menjalankan dua sortie setiap harinya. “Alhamdulillah dua-duanya juga mendatangkan hujan di empat kota dan kabupaten ini, meskipun belum hujan deras,” tambah Suharyanto.
Dengan kombinasi strategi penegakan hukum dan teknologi modifikasi cuaca, Pemerintah dan aparat penegak hukum berharap bencana karhutla di Riau tahun ini dapat ditekan seminimal mungkin terutama menjelang momen penting tingkat nasional. []
Diyan Febriana Citra.