48 Tembakan Gas Air Mata Masuk Kampus, 12 Mahasiswa Pingsan

48 Tembakan Gas Air Mata Masuk Kampus, 12 Mahasiswa Pingsan

Bagikan:

BANDUNG – Kondisi di kawasan Tamansari, Bandung, berangsur pulih setelah insiden kericuhan yang melibatkan penggunaan gas air mata di sekitar Universitas Pasundan (Unpas) dan Universitas Islam Bandung (Unisba), Senin (01/09/2025) malam. Selasa (02/09/2025) pagi, aktivitas kampus mulai kembali berjalan meski menyisakan bekas peristiwa yang cukup mencekam.

Petugas kebersihan kampus tampak sibuk mengumpulkan pecahan kaca, sementara tim keamanan berjaga untuk memastikan situasi aman. Beberapa bagian gedung Unpas mengalami kerusakan, terutama jendela dan pintu yang retak akibat kepanikan mahasiswa ketika menyelamatkan diri.

Menurut keterangan petugas keamanan Unpas, Rosid, malam itu kampus dijadikan lokasi evakuasi mahasiswa yang terluka saat aksi demonstrasi berlangsung.

“Kami hanya membuka gerbang untuk evakuasi korban sesuai perintah pimpinan untuk kemanusiaan. Kejadiannya sekitar pukul 23.20 WIB,” ujarnya.

Namun, situasi semakin kacau ketika gas air mata justru masuk ke dalam area kampus. “Ada 48 peluru gas air mata yang ditembakkan. Sebanyak 12 mahasiswa pingsan akibat paparan gas tersebut,” kata Rosid. Pernyataan ini menegaskan bahwa kampus yang semestinya menjadi ruang aman justru ikut terdampak dalam proses pembubaran massa.

Hingga kini, pihak kepolisian belum memberikan keterangan resmi mengenai alasan penembakan gas air mata ke dalam kawasan kampus. Hal ini memunculkan tanda tanya besar, baik di kalangan mahasiswa maupun masyarakat luas, tentang prosedur pengendalian massa yang diterapkan aparat pada malam kejadian.

Meski demikian, kehidupan perkuliahan berusaha kembali normal. Sejumlah mahasiswa sudah mulai mendatangi kampus, walau sebagian masih khawatir akan keamanan jika sewaktu-waktu terjadi aksi susulan. Pihak kampus sendiri mengambil langkah cepat dengan menginventarisasi kerusakan dan berkoordinasi dengan aparat agar kejadian serupa tidak terulang.

Insiden ini kembali menjadi pengingat tentang rapuhnya situasi keamanan ketika demonstrasi berlangsung di sekitar fasilitas pendidikan. Kampus yang seharusnya menjadi ruang intelektual dan aman dari kekerasan justru turut menjadi korban kericuhan. Bagi mahasiswa yang pingsan akibat gas air mata, pengalaman tersebut bisa meninggalkan trauma mendalam.

Masyarakat sekitar Tamansari pun berharap pihak berwenang segera memberi penjelasan transparan. Mereka menilai kehadiran aparat seharusnya mampu menciptakan rasa aman, bukan sebaliknya. Sementara itu, kerugian materiil dan nonmateriil tengah dihitung pihak kampus, termasuk dampak psikologis terhadap mahasiswa yang terlibat langsung. []

Diyan Febriana Citra.

Bagikan:
Berita Daerah Hotnews