63 Korban Ponpes Al Khoziny Teridentifikasi, Polisi Dalami Penyebab Ambruk

63 Korban Ponpes Al Khoziny Teridentifikasi, Polisi Dalami Penyebab Ambruk

Bagikan:

SIDOARJO — Proses panjang identifikasi korban tragedi ambruknya bangunan musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur, akhirnya tuntas. Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jawa Timur memastikan seluruh 63 korban meninggal dunia telah berhasil diidentifikasi.

Kepala Bidang Dokkes Polda Jatim, Kombes Mohammad Khusnan Marzuki, menyampaikan bahwa hingga Rabu (15/10/2025), tim DVI menerima total 67 kantong jenazah, yang terdiri atas tubuh utuh maupun bagian tubuh (body part). Dari hasil pemeriksaan, semua kantong telah terverifikasi identitasnya.

“Sampai saat ini dari data ante mortem yang melaporkan orang hilang yaitu 63 korban hilang, dan sudah diidentifikasi seluruhnya sebanyak 63 orang,” ujar Khusnan, Rabu (15/10/2025) malam.

Menurutnya, proses identifikasi dilakukan secara komprehensif melalui kombinasi pemeriksaan DNA, medis, serta properti pribadi milik korban.

“Semua teridentifikasi melalui kombinasi data DNA, medis, dan properti. Tidak ada potongan tubuh yang belum teridentifikasi,” tegasnya.

Para korban yang seluruhnya berjenis kelamin laki-laki merupakan santri dan pengajar yang berada di sekitar bangunan musala saat peristiwa terjadi. Dari data DVI, para korban berasal dari berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Surabaya, Sidoarjo, Bangkalan, Sampang, hingga Bekasi dan Kalimantan Barat.

Peristiwa tragis ini terjadi pada Senin sore (29/9/2025), ketika bangunan musala di lingkungan ponpes yang berlokasi di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, mendadak runtuh saat digunakan aktivitas santri. Puluhan santri tertimpa reruntuhan, dan upaya evakuasi berlangsung hingga larut malam.

Setelah proses evakuasi dan identifikasi selesai, Polda Jawa Timur kini fokus pada tahap penyidikan untuk memastikan penyebab ambruknya bangunan tersebut. Polisi menyebut telah menaikkan status kasus dari penyelidikan menjadi penyidikan, menandakan adanya dugaan kelalaian dalam proses pembangunan atau pemeliharaan bangunan.

“Kami sedang mendalami semua unsur yang berkaitan, baik struktur bangunan, izin pembangunan, maupun pihak yang bertanggung jawab,” ujar salah satu pejabat kepolisian di lingkungan Polda Jatim.

Tragedi Ponpes Al Khoziny meninggalkan duka mendalam bagi dunia pendidikan Islam di Jawa Timur. Selain kehilangan puluhan santri muda, banyak keluarga korban datang dari luar kota untuk menjemput jenazah anak-anak mereka yang telah menimba ilmu di pesantren tersebut.

Pihak pesantren menyatakan akan bekerja sama penuh dengan pihak kepolisian dan berkomitmen memperbaiki seluruh aspek keamanan bangunan agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan. []

Diyan Febriana Citra.

Bagikan:
Berita Daerah