BENGKULU – Aktivitas seismik kembali mengguncang wilayah pesisir barat Sumatera. Sabtu pagi (02/08/2025) pukul 05.05 WIB, gempa bumi dengan kekuatan magnitudo 4,5 terjadi di wilayah barat daya Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu. Gempa tersebut menjadi pengingat akan potensi ancaman yang terus mengintai kawasan rawan gempa seperti pesisir Bengkulu.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan bahwa pusat gempa berada di laut, sekitar 46 kilometer barat daya Kabupaten Kaur, dengan kedalaman 23 kilometer. Lokasi gempa tercatat pada titik koordinat 4,99 Lintang Selatan (LS) dan 102,98 Bujur Timur (BT).
“46 km barat daya Kaur-Bengkulu,” tulis BMKG dalam laporan resminya melalui akun X (dulu Twitter), Sabtu pagi.
Meskipun tergolong sebagai gempa dengan magnitudo ringan hingga sedang, aktivitas tektonik semacam ini tetap harus diperhatikan dengan serius, mengingat wilayah pesisir Bengkulu termasuk dalam jalur megathrust yang aktif dan berpotensi menimbulkan gempa lebih besar ataupun tsunami.
Sampai saat ini, belum ada laporan kerusakan maupun korban jiwa akibat gempa tersebut. BMKG juga belum mengeluarkan peringatan tsunami karena gempa terjadi di kedalaman menengah dan tidak memiliki potensi pengangkatan massa air laut secara signifikan.
Namun demikian, masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan mengikuti perkembangan informasi dari sumber resmi, mengingat data awal dari gempa bisa mengalami pembaruan seiring proses verifikasi lebih lanjut.
“Disclaimer: Informasi ini mengutamakan kecepatan, sehingga hasil pengolahan data belum stabil dan bisa berubah seiring kelengkapan data,” tulis BMKG dalam keterangannya.
Bengkulu, termasuk Kaur, merupakan salah satu wilayah yang memiliki riwayat panjang dalam aktivitas gempa bumi. Selain karena letaknya yang berada di zona subduksi lempeng Indo-Australia dan Eurasia, daerah ini juga terhubung dengan segmen-segmen sesar aktif yang rentan memicu getaran tektonik secara berkala.
Kepala BPBD Kabupaten Kaur, dalam pernyataan terpisah, mengingatkan warga pesisir dan dataran rendah untuk selalu memiliki rencana evakuasi mandiri jika terjadi gempa susulan yang lebih kuat. Latihan kesiapsiagaan dan edukasi masyarakat menjadi prioritas agar risiko bencana dapat diminimalkan.
“Setiap aktivitas seismik, sekecil apa pun, harus dijadikan momentum untuk menguji kesiapan kita bersama. Kami terus memperkuat koordinasi dengan BMKG dan aparat desa untuk memberi informasi secepat mungkin jika situasi berkembang,” ujarnya.
Kesiapsiagaan dan kesadaran kolektif masyarakat akan menjadi kunci utama dalam menghadapi kemungkinan bencana di masa mendatang. Mengingat wilayah barat Sumatera termasuk zona merah gempa, respons cepat terhadap peringatan dini sangat diperlukan. []
Diyan Febriana Citra.