FLORES TIMUR – Aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), kembali menunjukkan peningkatan. Dalam periode pengamatan pada Minggu (03/08/2025) malam hingga tengah malam, gunung api tersebut meluncurkan guguran lava pijar sejauh 700 meter ke arah barat laut.
“Teramati guguran dengan jarak luncur 700 meter mengarah ke barat laut,” ujar Yohanes Kolli Sorywutun, petugas Pos Pengamat Gunung Api (PGA) Lewotobi Laki-laki, Senin (04/08/2025).
Data pemantauan dari seismograf mencatat bahwa guguran tersebut terekam dengan amplitudo antara 4,4 hingga 29,6 mm dan berlangsung selama 85 hingga 159 detik. Aktivitas ini menunjukkan bahwa energi dari dalam perut bumi di sekitar Lewotobi Laki-laki masih terus bergerak dan berpotensi meningkat.
Selama periode pengamatan yang sama, tercatat pula beberapa aktivitas seismik lain satu kali gempa embusan, tiga kali tremor non-harmonik, tiga kali gempa frekuensi rendah (low frequency), tiga kali gempa vulkanik dalam, serta satu kali gempa tektonik jauh. Jenis-jenis gempa ini memberikan indikasi bahwa sistem magma di bawah gunung masih aktif dan dinamis.
Secara visual, pengamatan dari pos pemantauan juga menunjukkan kondisi puncak gunung yang umumnya terlihat jelas hingga tertutup kabut tipis. Asap kawah terlihat berwarna putih dengan tekanan lemah dan intensitas tipis hingga sedang, membumbung setinggi 100–700 meter dari puncak.
“Teramati sinar api dari CCTV Nurabelen,” ungkap Yohanes, mengindikasikan adanya aktivitas magma yang dekat permukaan dan bisa memicu erupsi baru sewaktu-waktu.
Gunung Lewotobi Laki-laki yang merupakan gunung api tipe strato memiliki riwayat erupsi yang cukup aktif dalam beberapa dekade terakhir. Guguran lava seperti ini merupakan fase yang sering mendahului atau menyertai fase erupsi eksplosif pada banyak gunung api di Indonesia.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sebelumnya telah memperingatkan bahwa Gunung Lewotobi masih berpotensi mengalami erupsi lanjutan. Warga yang tinggal di sekitar lereng gunung diminta untuk tetap siaga dan tidak melakukan aktivitas dalam radius yang telah ditetapkan sebagai zona berbahaya.
Masyarakat juga diminta untuk selalu mengikuti arahan dari otoritas kebencanaan dan tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Dengan aktivitas vulkanik yang terus dipantau secara intensif, upaya mitigasi dan evakuasi dini menjadi kunci penting dalam mengurangi risiko korban jiwa maupun kerusakan infrastruktur apabila terjadi letusan besar dalam waktu dekat. []
Diyan Febriana Citra.