SAMARINDA – Suasana malam yang biasanya penuh hiruk-pikuk di Go Mall Samarinda, Kamis malam (07/08/2025), mendadak berubah menjadi kepanikan dan duka mendalam. Sekitar pukul 21.00 Wita, pengunjung yang tengah menikmati malam belanja dikejutkan oleh insiden tragis di area parkir lantai satu.
Seorang pria ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa, tergeletak bersimbah darah. Identitas korban diketahui sebagai MA (28), warga Jalan Antasari, Kecamatan Samarinda Ulu. Dugaan awal mengarah pada tindakan bunuh diri, di mana korban diduga melompat dari atap gedung pusat perbelanjaan tersebut.
Petugas keamanan mal menjadi saksi pertama yang menemukan tubuh korban setelah mendengar suara keras dari arah parkir. Mereka segera menghampiri lokasi dan menemukan pria itu dalam kondisi mengenaskan.
Tubuh korban tampak utuh, namun bagian kepala mengeluarkan banyak darah. Beberapa pengunjung yang menyaksikan dari kejauhan mengaku syok dan tidak bisa mendekat. Situasi segera dikendalikan oleh pihak keamanan dan aparat kepolisian yang datang tidak lama kemudian.
Meski hingga kini polisi masih menyelidiki motif dan kronologi pasti peristiwa ini, kuat dugaan bahwa korban mengakhiri hidupnya sendiri. Tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan dari pihak lain di tubuh korban, sebagaimana disampaikan oleh salah satu sumber petugas di lapangan.
Tragedi ini menyentak banyak pihak, sekaligus menjadi alarm serius mengenai pentingnya kesadaran kolektif terhadap isu kesehatan mental yang masih kerap terabaikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam masyarakat yang semakin terhubung secara digital namun terasing secara emosional, tekanan psikologis dapat menjadi beban diam-diam yang tak terlihat. Kasus seperti yang terjadi di Samarinda menunjukkan bahwa kehadiran dukungan emosional dari keluarga, lingkungan kerja, dan komunitas sosial sangatlah penting.
Pihak pengelola mal, dalam pernyataan singkatnya, menyampaikan rasa duka cita dan menyatakan siap bekerja sama penuh dengan pihak berwajib dalam penanganan kasus ini. Sementara aparat kepolisian masih terus melakukan pendalaman, termasuk kemungkinan menelusuri rekaman CCTV serta memeriksa saksi-saksi di lokasi.
Masyarakat diimbau untuk tidak menyebarkan foto atau video kejadian yang beredar di media sosial, demi menjaga privasi dan menghormati keluarga korban. []
Diyan Febriana Citra.