KUPANG – Suasana Bundaran El Tari, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Jumat (15/08/2025) malam dipenuhi cahaya lilin. Ribuan mahasiswa dan warga berkumpul, membentuk lingkaran keheningan untuk mengenang Prada Lucky Chepril Saputra Namo, prajurit TNI AD yang meninggal akibat dugaan penganiayaan oleh seniornya.
Aksi ini diinisiasi Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Kupang. Sejak pukul 18.00 Wita, peserta aksi mulai berdatangan, membawa lilin yang kemudian dinyalakan satu per satu hingga jumlahnya mencapai seribu. Hingga pukul 20.30 Wita, Bundaran El Tari tetap dipenuhi cahaya lembut dan doa.
Tidak hanya mahasiswa, keluarga Prada Lucky turut hadir. Kakak kandung, adik, paman, bibi, serta sejumlah kerabat berdiri di tengah kerumunan, menerima pelukan dan ucapan duka dari para peserta aksi.
Ketua PMKRI Cabang Kupang, Apolonaris Mhau, menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian publik terhadap kasus kematian Prada Lucky.
“Ini adalah aksi moril. Kita merasa terpanggil untuk kita mengawal kasus kematian Prada Lucky. Aksi 1.000 lilin ini mempunyai makna bahwa lilin akan membawa terang dalam kegelapan. Mempunyai harapan. Artinya dalam kasus ini, kita minta prosesnya dilakukan secara transparansi dan terbuka untuk umum,” ujarnya.
Apolonaris menambahkan, pihaknya berharap kasus ini diselesaikan tuntas. Jika prosesnya tersendat, mereka siap kembali turun ke jalan.
Keluarga Prada Lucky menyampaikan rasa terima kasih atas dukungan yang diberikan. “Mewakili keluarga, saya mengucapkan terima kasih dari teman-teman mahasiswa atas dukungan morilnya,” kata Lusy Namo, kakak kandung Lucky.
Ia menegaskan, keluarga masih menunggu jalannya proses hukum terhadap para pelaku. “Sesuai janji Bapak Pangdam, kita dari keluarga menunggu saja prosesnya,” tambahnya.
Peristiwa yang menimpa Lucky mengguncang publik NTT. Prada Lucky, prajurit Batalion Teritorial Pembangunan (TP) 834 Waka Nga Mere Nagekeo, meninggal pada Rabu (06/08/2025) setelah mendapat perawatan intensif di ICU RSUD Aeramo, Kabupaten Nagekeo. Sebelumnya, ia diduga menjadi korban penganiayaan oleh seniornya.
Komandan Brigade Infanteri (Brigif) 21/Komodo, Letkol Inf Agus Ariyanto, membenarkan kabar duka tersebut. Sementara Pangdam IX/Udayana, Mayjen TNI Piek Budyakto, memastikan pihaknya telah menetapkan 20 tersangka, termasuk satu perwira. “Yang 20 tersangka yang sudah ditahan. Satu di antaranya perwira,” kata Piek usai melayat ke rumah duka di Kuanino, Kecamatan Kota Raja, Kota Kupang, Senin (11/08/2025).
Saat ini, para tersangka sedang menjalani pemeriksaan intensif di Detasemen Polisi Militer Kodam Udayana. Piek menegaskan proses hukum akan berjalan secara profesional dan sesuai aturan, seraya memastikan keluarga korban mendapat keadilan yang layak.
Aksi lilin malam itu menjadi simbol perlawanan terhadap kekerasan di lingkungan militer dan seruan agar penegakan hukum dilakukan seterang cahaya yang mereka nyalakan. Bagi para peserta, seribu lilin bukan sekadar penerang malam, tetapi juga wujud doa agar kebenaran tak pernah padam. []
Diyan Febriana Citra.