Gunung Ile Lewotolok Meletus 50 Kali Pada Rabu Siang

Gunung Ile Lewotolok Meletus 50 Kali Pada Rabu Siang

LEMBATA – Aktivitas vulkanik Gunung Ile Lewotolok, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), kembali meningkat signifikan pada Rabu (20/08/2025). Pos Pengamat Gunung Api (PGA) Ile Lewotolok melaporkan, hanya dalam kurun enam jam, tercatat sedikitnya 50 kali letusan disertai kolom abu dengan ketinggian bervariasi hingga 600 meter di atas puncak.

Petugas Pos PGA Ile Lewotolok, Anselmus Bobyson Lamanepa, mengonfirmasi intensitas aktivitas vulkanik tersebut melalui laporan pengamatan yang dilakukan sejak pukul 06.00 hingga 12.00 WITA.

“Teramati 50 kali letusan dengan tinggi 200–600 meter dan warna asap putih dan kelabu,” jelas Anselmus dalam keterangan resminya.

Ia menyebut, durasi letusan rata-rata berlangsung antara 33 hingga 58 detik dengan amplitudo 4,7 hingga 17 mm. Getaran gempa yang menyertai erupsi itu menandakan adanya suplai energi cukup kuat dari dalam perut bumi. “Erupsi disertai gemuruh lemah,” tambahnya.

Selain letusan, alat seismograf juga merekam 39 kali gempa embusan dengan amplitudo 2,1 hingga 7,2 mm dan durasi 29–45 detik. Secara visual, kawah gunung terlihat jelas, dengan asap putih tipis hingga kelabu yang muncul setinggi 20–50 meter dari dasar kawah. Kondisi cuaca di sekitar gunung saat itu relatif cerah hingga berawan dengan angin lemah mengarah ke barat dan barat laut.

Menurut Anselmus, Gunung Ile Lewotolok masih berada pada status Level III atau Siaga. Artinya, masyarakat di sekitar lereng gunung diimbau agar lebih waspada dan tidak melakukan aktivitas apapun dalam radius 3 kilometer dari kawah utama.

“Imbauan ini penting agar masyarakat terhindar dari potensi bahaya material erupsi, baik berupa lontaran batu pijar, abu vulkanik, maupun aliran lava,” tegasnya.

Aktivitas gunung yang terletak di Pulau Lembata ini memang dikenal cukup fluktuatif dalam beberapa tahun terakhir. Sejak mengalami erupsi besar pada 2020, Ile Lewotolok terus menunjukkan gejala vulkanik yang berulang, meski tidak selalu disertai letusan besar. Periode aktivitas intensif kali ini kembali menjadi pengingat bagi warga akan potensi ancaman bencana yang sewaktu-waktu bisa meningkat.

Warga di desa-desa sekitar, terutama yang berada di wilayah barat laut gunung, juga diminta memperhatikan arah angin. Abu vulkanik yang terbawa angin berpotensi mengganggu pernapasan, mencemari sumber air, dan merusak tanaman. Pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat diminta tetap siaga dan terus berkoordinasi dengan pos pengamatan.

Dengan suhu udara berkisar 25–30 derajat Celsius, kondisi sekitar puncak gunung memang tampak tenang dari kejauhan. Namun, catatan teknis dari pos pengamatan menegaskan bahwa gunung api ini masih aktif dan berpotensi memunculkan erupsi susulan dalam intensitas beragam.

Masyarakat diimbau untuk tetap mengikuti arahan pemerintah daerah dan petugas vulkanologi, serta tidak mudah terpengaruh isu-isu yang tidak jelas sumbernya. Kewaspadaan dan kesiapsiagaan menjadi kunci utama untuk meminimalkan risiko bencana dari aktivitas gunung api yang saat ini sedang meningkat. []

Diyan Febriana Citra.

Berita Daerah Hotnews