SAMARINDA – Suasana kepanikan bercampur dengan kericuhan mewarnai peristiwa kebakaran di Jalan Delima Dalam, RT 51, Kelurahan Sidodadi, Kecamatan Samarinda Ulu, Selasa (20/08/2025) malam. Alih-alih bersatu untuk memadamkan api, sejumlah relawan yang datang ke lokasi justru mengalami tindakan tidak menyenangkan dari warga sekitar.
Relawan Muhammad Diki mengisahkan bahwa ia bersama beberapa rekan tiba di lokasi sekitar pukul 22.10 Wita. Mereka membawa peralatan berupa mesin penyedot air dan selang untuk membantu proses pemadaman. Namun, setibanya di lokasi, suasana berubah ricuh.
“Baru datang, selang dan mesin langsung direbut. Padahal kami sedang mencari titik air. Tiga teman kami malah dipukul warga,” ujarnya menceritakan pengalaman pahit tersebut.
Peristiwa kebakaran itu sendiri bermula ketika api terlihat muncul dari bagian plafon rumah yang dihuni satu keluarga. Saat kejadian, penghuni sedang tertidur pulas. Beruntung, mereka segera terbangun setelah melihat kobaran api yang dengan cepat membesar.
“Kakak saya tidur. Terbangun melihat api di plafon. Buru-bangun untuk menyelamatkan diri karena api sudah besar. Tidak sempat bawa barang apa-apa,” kata Hariadi, salah satu anggota keluarga korban.
Akibat musibah itu, satu rumah dua pintu hangus terbakar, sementara satu rumah lain di dekatnya mengalami kerusakan. Keluarga korban kini masih syok dan kehilangan sebagian besar harta benda karena tidak sempat menyelamatkan barang berharga.
Sementara itu, petugas pemadam kebakaran yang datang bersama para relawan sempat menghadapi kendala besar. Selain akses jalan yang sempit, sulitnya mendapatkan titik air juga membuat proses pemadaman berjalan lebih lama dari seharusnya. Meski begitu, api akhirnya berhasil dipadamkan sehingga tidak menjalar ke permukiman yang lebih luas.
Komandan Pos Damkar Posko 3 Samarinda, Tri Indarto, menuturkan bahwa dugaan sementara penyebab kebakaran adalah korsleting listrik.
“Namun, untuk kepastian penyebab masih dalam penyelidikan polisi. Terkait insiden pemukulan, kami berharap kejadian seperti ini tidak terulang,” ujarnya menegaskan.
Kericuhan di lokasi kebakaran tersebut memperlihatkan rapuhnya koordinasi di tengah situasi darurat. Relawan yang seharusnya menjadi garda depan dalam membantu korban bencana justru mendapat perlakuan yang memicu konflik. Kondisi ini memperlihatkan pentingnya komunikasi dan pengendalian emosi masyarakat saat menghadapi musibah, agar penanganan kebakaran bisa berlangsung cepat dan aman.
Musibah kebakaran memang selalu menyisakan duka, namun insiden kericuhan di Samarinda kali ini menjadi catatan serius. Relawan, warga, dan aparat diharapkan bisa saling bekerja sama tanpa menambah beban baru di tengah situasi yang sudah sulit. []
Diyan Febriana Citra.