Gunung Ile Lewotolok Meletus 38 Kali dalam 6 Jam

Gunung Ile Lewotolok Meletus 38 Kali dalam 6 Jam

LEMBATA – Aktivitas vulkanik Gunung Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), kembali menunjukkan peningkatan signifikan. Pada Jumat (22/08/2025), gunung setinggi 1.423 meter di atas permukaan laut itu tercatat mengalami erupsi sebanyak 38 kali hanya dalam kurun waktu enam jam.

Letusan beruntun tersebut terjadi selama periode pengamatan pukul 06.00 hingga 12.00 Wita. Data dari seismograf Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Ile Lewotolok menunjukkan, amplitudo letusan berkisar antara 5,8 hingga 18,8 milimeter, dengan durasi antara 33 hingga 64 detik. “Letusan disertai gemuruh lemah hingga sedang,” kata Syawaludin, petugas PGA Ile Lewotolok, saat dikonfirmasi, Jumat.

Selain letusan, aktivitas vulkanik lain juga tercatat cukup intens. Syawaludin menyebutkan, dalam periode yang sama terdeteksi 28 kali gempa embusan dengan amplitudo 1,6 hingga 5,5 milimeter berdurasi 26 hingga 39 detik. Bahkan, terekam pula satu kali gempa tektonik jauh dengan amplitudo 1,5 milimeter yang berlangsung 68 detik.

Dari hasil pengamatan visual, kondisi puncak gunung terlihat jelas dengan sesekali tertutup kabut tipis. Asap kawah bertekanan lemah tampak berwarna putih dengan intensitas tipis hingga sedang, menjulang 25 hingga 200 meter di atas kawah. “Teramati 38 kali letusan dengan tinggi 200-300 meter dan warna asap putih hingga kelabu,” terang Syawaludin.

Cuaca di sekitar gunung pada saat itu relatif cerah hingga berawan, dengan angin bertiup lemah hingga sedang ke arah barat dan barat laut. Suhu udara tercatat berkisar 22-30 derajat Celsius. Meski cuaca mendukung, aktivitas vulkanik yang tinggi tetap menjadi ancaman bagi masyarakat di sekitar kawasan.

Mengingat kondisi ini, Syawaludin mengingatkan warga untuk selalu meningkatkan kewaspadaan. Ia menegaskan bahwa status Gunung Ile Lewotolok saat ini berada pada level III atau siaga. Artinya, aktivitas vulkanik dinilai cukup berbahaya sehingga masyarakat di sekitar lereng gunung harus mematuhi arahan dari pihak berwenang.

“Warga diminta tidak melakukan aktivitas di zona bahaya yang telah ditetapkan dan selalu memperhatikan perkembangan informasi resmi dari pos pengamatan,” tegas Syawaludin.

Gunung Ile Lewotolok memang dikenal sebagai salah satu gunung api aktif di NTT yang kerap mengalami erupsi. Erupsi besar terakhir terjadi pada tahun 2020 yang memaksa ribuan warga mengungsi. Sejak saat itu, aktivitas vulkanik gunung ini terus dipantau ketat.

Situasi terbaru menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi masyarakat Lembata. Walaupun belum ada laporan kerugian maupun dampak serius akibat erupsi pada Jumat siang itu, warga diminta untuk bersiap jika sewaktu-waktu terjadi peningkatan aktivitas yang lebih besar. Pemerintah daerah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lembata juga disebut telah menyiapkan langkah mitigasi, termasuk kemungkinan relokasi sementara warga apabila kondisi memburuk.

Dengan intensitas erupsi yang cukup sering dalam waktu singkat, masyarakat berharap adanya perhatian lebih dari pemerintah pusat maupun daerah dalam menyiapkan fasilitas darurat, baik berupa tempat pengungsian, logistik, maupun layanan kesehatan. []

Diyan Febriana Citra.

Berita Daerah Hotnews