SORONG – Ketegangan kembali mewarnai Kota Sorong, Papua Barat Daya, setelah rencana pemindahan empat tahanan kasus NFRPB ke Makassar memicu bentrokan antara aparat kepolisian dengan massa aksi. Peristiwa ini berlangsung pada Rabu (27/08/2025) pagi di kawasan Komplek Yohan, Klademak.
Sekitar pukul 08.00 WITA, aparat keamanan berusaha mengendalikan massa yang menolak pemindahan tahanan tersebut. Polisi melepaskan tembakan peluru karet serta gas air mata untuk membubarkan kerumunan. Namun, upaya itu mendapat perlawanan balik berupa lemparan batu dan kembang api dari massa.
Bentrok berlanjut di sepanjang Jalan Ahmad Yani, salah satu jalur utama di Sorong. Situasi ini menyebabkan aktivitas warga terganggu, bahkan sejumlah sekolah dan pertokoan memilih menghentikan kegiatan karena khawatir dengan eskalasi.
Menurut keterangan koordinator aksi, Simson Nauw, unjuk rasa dilakukan oleh kelompok Solidaritas Rakyat Papua Pro Demokrasi (SRPPD). Mereka menilai pemindahan empat tahanan NFRPB ke Makassar tidak memiliki dasar hukum yang kuat.
“Kami kecewa. Undang-undang sudah sebut kalau pindah ada alasan bencana dan rusuh besar, tapi Sorong tidak ada itu,” ujar Simson. Ia menegaskan, pemindahan tahanan hanya sah dilakukan jika ada kondisi darurat tertentu, sehingga kebijakan ini dianggap diskriminatif.
Sejak Selasa malam, massa telah berkumpul di sekitar Polresta Sorong Kota. Dari pukul 21.00 WIT hingga 05.00 WIT, para demonstran menggelar aksi protes sebelum bergerak ke pusat kota untuk memblokade Jalan Ahmad Yani.
Kehadiran ratusan massa menuntut agar proses hukum tetap dilakukan di Sorong. Mereka khawatir pemindahan tahanan justru menutup akses publik terhadap proses persidangan. “Kami ingin sidang dilakukan di sini agar masyarakat bisa ikut mengawal,” tambah Simson.
Aparat kepolisian menyebut langkah pemindahan dilakukan untuk menjaga stabilitas keamanan dan mengantisipasi potensi gangguan yang lebih besar. Namun, penjelasan ini belum meredakan kekecewaan massa.
Hingga siang hari, bentrokan masih berlangsung di sejumlah titik, sementara polisi terus berjaga dengan pengamanan ketat. Gas air mata kembali ditembakkan untuk mendorong massa mundur, tetapi kericuhan tetap belum mereda.
Situasi Sorong saat ini masih belum kondusif. Jalan utama kota dipenuhi sisa-sisa pembakaran ban, pecahan batu, serta asap gas air mata yang menyulitkan warga melintas. Pemerintah daerah bersama Forkopimda dilaporkan sedang membahas langkah lanjutan guna meredakan ketegangan. []
Diyan Febriana Citra.