DEKAI – Kematian Viktor Bernadus Deyal, laki-laki muda asal Papua berusia 29 tahun, pada 3 September 2025, memicu kemarahan warga Distrik Dekai, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan. Warga menuding aparat kepolisian telah menganiaya Viktor hingga tewas tanpa alasan hukum.
Satu hari setelah peristiwa itu, keluarga bersama ratusan warga membawa jenazah Viktor berjalan kaki ke kantor Polres Yahukimo untuk menuntut keadilan. Mereka menuntut hukuman pidana bagi polisi yang diduga bertanggung jawab atas kematian Viktor.
Kepala Polres Yahukimo, AKBP Zet Saalino, menyatakan keprihatinan atas kematian Viktor dan berjanji mengusut anggota kepolisian yang terlibat, termasuk menonaktifkan Kepala Polsek Dekai selama investigasi internal.
Peristiwa ini mengingatkan pada kasus serupa yang terjadi pada Agustus 2024. Saat itu, Tobias Silak, warga Yahukimo berusia 25 tahun, tewas akibat luka tembak di kepala yang diduga ditembakkan anggota kepolisian.
Tuduhan bahwa Tobias merupakan anggota milisi pro-kemerdekaan TPNPB dibantah keluarga dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Yahukimo. Empat anggota polisi telah didakwa atas kasus Tobias, namun persidangan hingga kini belum mencapai vonis.
Viktor, yang sehari-hari bekerja berkebun untuk menyambung hidup, tinggal terpisah dari istri dan anaknya di Jayapura. Menurut kerabat, Viktor mengonsumsi alkohol secara moderat sebelum menonton video aspirasi kemerdekaan Papua di ponselnya. Ia kemudian keluar rumah dan menyampaikan pernyataan kepada polisi di halaman Polsek Dekai, yang diduga memicu penangkapannya.
Yunani Balyo, kerabat Viktor, menjelaskan bahwa Viktor kemudian dibawa berkeliling oleh aparat menggunakan mobil patroli dan dianiaya hingga tewas.
“Sampai di rumah sakit kami lihat bekas pukulan di kepala, tangan patah, badan, mulut, gigi, semua mereka iris,” kata Yunani.
Versi polisi berbeda. Juru Bicara Polda Papua, Kombes Cahyo Sukarnito, menuding Viktor datang ke Polsek Dekai dalam keadaan mabuk sambil membawa batu. Viktor kemudian ditangkap karena diduga melawan dan berusaha kabur. Tak lama setelah itu, Viktor meninggal dengan luka lebam di tubuhnya.
Aksi protes warga berlangsung pada 4 September, ketika keluarga membopong jenazah Viktor ke Polres Yahukimo. Warga menuntut Kapolsek Dekai dipecat dan anggota polisi yang terlibat dihukum. AKBP Zet Saalino menyatakan bahwa kepolisian dan pemerintah akan menanggung biaya pemakaman, serta menegaskan akan menindak anggota yang bersalah sesuai undang-undang.
Adik Viktor, Eduard Deyal, menegaskan keluarga hanya menginginkan keadilan. “Kami maunya pelaku dihukum,” ujarnya. Teman Viktor, Gideon, menambahkan bahwa pembayaran denda tidak dapat menebus nyawa korban.
Istri Viktor, Ruth, masih berduka atas kehilangan sang suami. Putra mereka yang masih sekolah dasar belum diberitahu sepenuhnya tentang kematian ayahnya. Namun, sebelum kembali ke Jayapura, Ruth mengajak putranya berfoto di makam Viktor sebagai kenangan terakhir.[]
Putri Aulia Maharani