Kericuhan Pecah di Yalimo Saat Acara Perdamaian

Kericuhan Pecah di Yalimo Saat Acara Perdamaian

JAYAPURA – Upaya membangun rekonsiliasi di Kabupaten Yalimo, Papua Pegunungan, kembali diwarnai kericuhan. Insiden yang pecah di Kota Elelim pada Jumat (03/10/2025) itu memperlihatkan betapa rentannya situasi sosial di daerah tersebut, meskipun forum perdamaian telah disiapkan oleh pemerintah daerah.

Menurut laporan Polda Papua, ketegangan bermula dari aksi pembakaran kios kelontong yang berada di depan Puskesmas Elelim. Aksi itu dipicu kekecewaan warga karena acara bakar batu ritual adat yang digelar untuk memperkuat perdamaian dinilai tidak melibatkan seluruh distrik di Yalimo. Kabupaten itu memiliki lima distrik, namun hanya satu distrik yang ikut dalam acara.

Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol Cahyo Sukarnito, mengungkapkan kemarahan warga semakin besar setelah mengetahui bahan pangan yang digunakan untuk acara bakar batu tidak dibeli dari petani lokal.

“Warga marah karena acara bakar batu hanya melibatkan satu distrik, sedangkan Yalimo memiliki lima distrik. Selain itu, bahan pangan untuk acara tidak dibeli dari petani lokal, melainkan didatangkan dari Wamena,” kata Cahyo.

Situasi makin tegang ketika Wakil Gubernur Papua Pegunungan Ones Pahabol dan Bupati Yalimo Nahor Nekwek tiba di Lapangan Kantor Bupati Yalimo. Ratusan warga menyampaikan protes keras dan sebagian melemparkan batu ke arah podium. Akibatnya, Wakapolres Yalimo Kompol Elias Endang terluka di bagian kepala, sementara Bupati Nahor Nekwek mengalami memar pada pelipis. Dua kendaraan milik Pemkab Yalimo dan kaca depan kantor bupati juga rusak.

“Situasi memanas hingga akhirnya Wagub Ones dievakuasi ke Wamena lewat jalur darat, sedangkan Bupati Nekwek diamankan ke Mapolres Yalimo,” lanjut Cahyo.

Untuk meredakan suasana, pemerintah daerah menggelar dialog bersama tokoh masyarakat. Dari pertemuan itu diputuskan empat distrik yang sebelumnya tidak dilibatkan dalam acara perdamaian akan menerima bantuan sebesar Rp100 juta per distrik. Setelah kesepakatan dicapai, massa berangsur membubarkan diri.

Kericuhan di Elelim kali ini bukan yang pertama. Pada 16 September 2025 lalu, bentrokan juga sempat pecah akibat kasus di sekolah yang berawal dari ucapan menyinggung antar siswa. Konflik kecil itu kemudian meluas menjadi perusakan puluhan rumah, bangunan, serta kendaraan milik warga.

Peristiwa berulang di Yalimo menunjukkan bahwa penyelesaian konflik di Papua tidak cukup hanya dengan simbol-simbol perdamaian, melainkan perlu menyentuh akar persoalan: keterlibatan seluruh komunitas, perhatian terhadap ekonomi lokal, serta penghormatan terhadap kesetaraan antar distrik. []

Diyan Febriana Citra.

Berita Daerah Hotnews