SEMARANG — Ratusan siswa SMAN 11 Kota Semarang menyuarakan aspirasi mereka melalui aksi damai di halaman sekolah pada Senin (20/11/2025). Aksi tersebut menjadi bentuk solidaritas dan tuntutan keadilan bagi korban kasus konten pornografi berbasis kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) yang diduga dibuat oleh alumni sekolah mereka, Chiko Radityatama Agung Putra.
Usai upacara bendera, para siswa berbaris di lapangan sambil membentangkan poster bertuliskan seruan moral, seperti “Korban Butuh #Keadilan”, “Justice For SMA11”, dan “Jangan Buta #UsutTuntas”. Mereka juga secara kompak meneriakkan yel-yel “Keadilan untuk korban!” sebagai simbol keprihatinan atas kasus yang mencoreng nama baik sekolah.
“Kemarin seharusnya Chiko hadir secara terbuka, tapi klarifikasi justru dilakukan tertutup dengan guru dan perwakilan saja. Kami kecewa karena ingin mendengar langsung permintaan maafnya,” ujar salah satu siswa, ATP.
Menurut ATP, klarifikasi secara tertutup justru menimbulkan ketidakpuasan dan kesan bahwa pihak sekolah berupaya menutupi kasus tersebut. Ia menegaskan bahwa seluruh siswa berhak mengetahui secara langsung bagaimana pertanggungjawaban pelaku atas perbuatannya.
“Kami hanya ingin kejelasan dan tanggung jawab. Tuntutan kami, Chiko harus klarifikasi ulang secara terbuka,” tegasnya.
Sebelumnya, publik dihebohkan oleh temuan ribuan foto dan video berkonten pornografi yang diduga dihasilkan menggunakan teknologi AI dan diunggah di akun X milik Chiko. Ia diketahui tinggal di Asrama Polisi Kabluk, Gayamsari, Kota Semarang. Kasus ini memicu kecaman luas dan menimbulkan trauma bagi pihak-pihak yang dirugikan.
Para siswa juga menyayangkan sikap pihak sekolah yang menolak menemui awak media saat proses peliputan berlangsung. Mereka menilai langkah itu berpotensi memperburuk kepercayaan publik terhadap lembaga pendidikan tersebut.
“Kami sudah membuat petisi atas nama warga SMAN 11 Kota Semarang agar klarifikasi dilakukan kembali secara terbuka,” tambah ATP.
Meski berlangsung dengan penuh emosi, aksi demonstrasi tersebut berjalan tertib tanpa gangguan keamanan. Warga sekolah dan masyarakat sekitar tampak memberikan dukungan moral terhadap keberanian siswa-siswi yang menuntut transparansi.
Gerakan spontan dari para siswa SMAN 11 Semarang ini mencerminkan kesadaran kritis generasi muda terhadap pentingnya keadilan, tanggung jawab, serta keterbukaan informasi di lingkungan pendidikan. Mereka berharap kasus ini menjadi pelajaran berharga agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang. []
Diyan Febriana Citra.

