SAMARINDA – Kondisi bangunan sekolah di Kota Samarinda masih menyisakan banyak pekerjaan rumah, meski anggaran pendidikan diklaim besar. Masalah seperti kerusakan langit-langit hingga rembesan air menjadi bukti nyata bahwa perhatian pemerintah terhadap sektor pendidikan belum optimal.
Dalam kunjungan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Samarinda ke tiga sekolah di Kecamatan Samarinda Ilir, yakni SDN 001, SDN 009, dan SDN 007, ditemukan berbagai permasalahan serius. Di SDN 001, bangunan baru mengalami berbagai kendala karena kurangnya pengawasan langsung. Sedangkan di SDN 009 dan 007, langit-langit bocor bahkan ada yang roboh, mengganggu proses belajar mengajar.
Anggota Komisi IV DPRD Samarinda, Anhar, menyoroti langsung masalah ini. “Rata-rata, yang pertama ya sudah dibangun, tapi kan hasil bangunannya sendiri kan masih masuk air, itu kita mau bakal panggil pihak-pihak terkait, dalam hal ini kontraktor pelaksana, kemudian dinas pendidikannya,” ujarnya usai kunjungan, Selasa (21/10/2025) siang.
Ia menegaskan perlunya penanganan ekstra di SDN 009 dan 007. “Kita minta sesegera rehab ini sekolah-sekolah yang teman-teman media tadi melihat sendiri aktivitas belajar mengajarnya pasti terganggu ketika jadi hujan,” tambahnya.
Kondisi SDN 007 bahkan sudah berlarut-larut selama lebih dari satu tahun tanpa perhatian serius dari pihak terkait. “Seharusnya pihak dinas tahu ini, menurut keterangan yang saya dapat tadi sudah satu tahun lebih,” kata Anhar.
Anhar juga menyoroti ketimpangan pembangunan sekolah di Samarinda. “Ada ketimpangan kalau menurut saya, pembangunan pendidikan di Samarinda ini keterangan dari pemerintah dalam hal ini eksekutif, selalu menyampaikan bahwa bangunan-bangunan kita ada mungkin satu, dua tapi setelah kita melihat ada sekolah yang begitu megah sampai puluhan miliar, ada juga kan yang miris,” jelasnya.
Ia menekankan bahwa besarnya anggaran seharusnya menjamin tidak ada sekolah yang mengalami kerusakan seperti ini. “Itu dibuktikan anggaran yang begitu besar yang kita berikan kepada pemerintah kota semestinya sudah tidak ada lagi hal seperti ini, karena ini adalah barometer pendidikan Kalimantan itu, Samarinda, karena ibu kota tidak boleh lagi ada yang seperti ini,” tegasnya.
Anhar menutup kunjungannya dengan peringatan keras kepada pemerintah Kota Samarinda agar segera membenahi kondisi sekolah, mengingat anggaran pendidikan mencapai ratusan miliar rupiah. “Menurut saya, pemerintah sekarang ini harus segera membenahi ini, karena anggarannya tidak sedikit, ratusan miliar untuk infrastruktur pendidikan kita,” pungkasnya.
Kunjungan ini menjadi bukti nyata bahwa klaim pemerintah soal pembangunan sekolah yang memadai masih jauh dari kenyataan di lapangan. []
Penulis: Yus Rizal Zulfikar | Penyunting: Agnes Wiguna

