BANDUNG BARAT — Hujan deras yang mengguyur wilayah selatan Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, pada Minggu (26/10/2025) sore memicu longsor di belakang Pondok Pesantren Attohiriyah, Kampung Pasir Buleud, Desa Cinengah, Kecamatan Rongga. Material longsoran menimpa bangunan utama pesantren hingga menyebabkan seorang santriwati meninggal dunia.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Barat, Asep Sehabudin, menjelaskan bahwa peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 17.45 WIB. Curah hujan tinggi membuat tebing di belakang pesantren tidak mampu menahan tekanan air, hingga akhirnya longsor dan menghantam dinding bangunan.
“Hujan dengan intensitas tinggi menyebabkan tebing di belakang pesantren longsor dan menimpa bangunan. Satu santriwati meninggal dunia tertimpa reruntuhan,” ujar Asep saat dikonfirmasi, Minggu malam.
Korban diketahui bernama Nuri binti Pudin (15). Saat kejadian, ia tengah berwudu di kamar mandi pesantren yang posisinya berada di sisi belakang bangunan, dekat tebing. Tanah longsor menerjang secara tiba-tiba dan meruntuhkan sebagian bangunan hingga menimpa korban.
“Korban sempat berusaha dievakuasi oleh warga ke Puskesmas terdekat, tapi nyawanya tidak tertolong,” kata Asep.
Bangunan pondok yang juga berfungsi sebagai ruang belajar mengalami kerusakan parah. Beruntung, sebagian besar santri lainnya selamat karena sedang berada di ruang lain ketika peristiwa terjadi.
Setelah kejadian, tim BPBD Bandung Barat langsung diterjunkan untuk melakukan asesmen cepat dan berkoordinasi dengan perangkat desa serta pemerintah daerah. Menurut Asep, langkah tanggap darurat dilakukan untuk memastikan keselamatan santri dan pengelola pondok, sekaligus menyiapkan bantuan kebutuhan mendesak.
“Kami sudah kirim tim untuk asesmen, koordinasi dengan perangkat desa, dan menyiapkan kebutuhan darurat bagi para santri dan pengelola ponpes,” tutur Asep.
Hingga malam hari, petugas gabungan bersama aparat setempat masih bersiaga di lokasi guna mengantisipasi longsoran susulan. Warga sekitar diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan karena kondisi tanah di area tersebut masih labil akibat intensitas hujan tinggi.
“Dari hasil asesmen sementara, selain terpal dan kasur, kebutuhan mendesak lainnya adalah logistik dan sandang pangan bagi santri yang sementara dievakuasi,” ucap Asep.
BPBD juga mengingatkan masyarakat di wilayah perbukitan untuk lebih waspada menghadapi potensi bencana serupa. Seiring meningkatnya curah hujan, risiko pergerakan tanah di daerah rawan longsor makin tinggi.
“Kami imbau warga segera melapor jika ada tanda-tanda pergerakan tanah, jangan menunggu sampai terjadi bencana,” tegas Asep.
Peristiwa di Ponpes Attohiriyah menjadi peringatan bagi banyak wilayah di Jawa Barat yang rentan bencana hidrometeorologi saat musim hujan, terutama di daerah dengan kontur tebing curam dan drainase minim. []
Diyan Febriana Citra.

