Gunung Semeru Erupsi Besar, Status Naik ke Level Awas

Gunung Semeru Erupsi Besar, Status Naik ke Level Awas

Bagikan:

LUMAJANG – Aktivitas vulkanik Gunung Semeru kembali menunjukkan peningkatan drastis pada Rabu (19/11/2025). Gunung tertinggi di Pulau Jawa yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Malang ini memuntahkan awan panas guguran yang meluncur hingga 8,5 kilometer dari puncak. Erupsi besar tersebut memaksa aparat kebencanaan di Jawa Timur melakukan langkah darurat dalam waktu singkat.

Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Jawa Timur, Gatot Soebroto, menjelaskan bahwa intensitas luncuran awan panas cukup mengejutkan.

“Awan panas dengan jarak luncur 8,5 Km dari puncak gunung,” ujarnya. Laporan awal menunjukkan bahwa kolom abu membumbung tinggi dan mengarah ke beberapa wilayah permukiman serta jalur transportasi.

Badan Geologi merespons cepat dengan menaikkan status Gunung Semeru menjadi Level IV atau Awas pada pukul 17.25 WIB.

“Tingkat aktivitas Gunung Semeru kita naikkan menjadi Level IV (Awas),” demikian pernyataannya. Kenaikan status terjadi hanya satu jam lebih setelah status sebelumnya diperbarui dari Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga). Perubahan cepat tersebut menunjukkan adanya peningkatan aktivitas yang signifikan dan tak bisa diabaikan.

Di tengah situasi darurat, laporan mengenai korban pun muncul. Sebuah pasangan suami-istri asal Kediri, Haryono (48) dan Normawati (42), mengalami luka bakar setelah tersapu awan panas di kawasan Gladak Perak. Kepala Pelaksana BPBD Lumajang, Isnugroho, mengatakan bahwa

“Dua orang luka bakar, penduduk Kediri tapi tinggal di Tempeh, belum lapor pindah.” Menurutnya, keduanya melintas ketika awan panas guguran tiba-tiba datang.

“Dia memaksa lewat Gladak Perak ketika APG datang. Mengalami luka bakar 20 persen di tangan dan sebagian muka, dan sudah ditangani medis RSU Pasirian,” tambahnya.

Sebagai langkah antisipasi, jalur vital Jembatan Gladak Perak ditutup total karena berada dalam arah luncuran awan panas. “Saat ini akses di Jembatan Gladak Perak ditutup, cuaca terpantau berawan,” kata Gatot. Sementara itu, Polres Lumajang mengonfirmasi bahwa warga di desa-desa berisiko tinggi mulai dievakuasi menuju Balai Desa Supiturang. “Sementara warga berkumpul di Balai Desa Supiturang. Sementara masih aman,” ujar Ipda Untoro.

BNPB kemudian menyampaikan bahwa Pemerintah Kabupaten Lumajang menetapkan status tanggap darurat selama tujuh hari, dimulai 19—26 November 2025. Kapusdatin Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menjelaskan, “Pemerintah Kabupaten Lumajang akan menetapkan status tanggap darurat selama 7 hari. Hal ini diharapkan pos komando segera diaktifkan dan penanganan darurat bencana dapat berjalan secara efektif.” Hingga malam hari, tiga desa dilaporkan terdampak Supiturang, Oro-Oro Ombo, dan Penanggal.

Selain masyarakat, perhatian juga tertuju pada para pendaki yang berada di jalur Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Sebanyak 178 orang dilaporkan masih berada di Ranu Kumbolo. Kabag TU BB TNBTS, Septi Eka Wardhani, menyebut jumlah tersebut terdiri dari pendaki, porter, petugas, dan tim dari Kementerian Pariwisata. Namun, pihak taman nasional memastikan bahwa lokasi tersebut masih aman karena awan panas bergerak ke arah selatan–tenggara, bukan ke utara tempat Ranu Kumbolo berada.

BNPB juga memberikan peringatan keras agar seluruh aktivitas masyarakat dihentikan di sepanjang Besuk Kobokan. “Secara sektoral masyarakat dan siapa pun diharapkan tidak beraktivitas dalam radius 20 Km sepanjang Besuk Kobokan,” tegas Abdul Muhari. Ia meminta aparat menutup akses serta memasang penanda visual untuk mencegah masyarakat masuk ke zona berbahaya. []

Diyan Febriana Citra.

Bagikan:
Berita Daerah Hotnews