BANGKALAN – Ketegangan kembali muncul di wilayah pesisir Kecamatan Arosbaya, Kabupaten Bangkalan, setelah kelompok nelayan dari Desa Arosbaya dan Desa Tengket menggelar aksi protes di laut pada Kamis (27/11/2025). Menggunakan puluhan perahu, para nelayan melakukan demonstrasi langsung di area perairan yang selama ini mereka anggap menjadi jalur operasi kapal troll atau pukat harimau yang dituding beraktivitas secara ilegal.
Aksi tersebut merupakan bentuk kekecewaan yang telah lama menumpuk. Para nelayan menilai keberadaan kapal troll tidak hanya merusak ekosistem laut, tetapi juga menyebabkan menurunnya hasil tangkapan ikan secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Mereka menunjukkan sejumlah titik perairan yang diduga menjadi lokasi aktivitas troll dan mendesak pemerintah agar menindak tegas praktik tersebut.
Tokoh masyarakat Arosbaya, Moh Sahid, menjelaskan bahwa persoalan kapal troll telah lama dikeluhkan warga. “Mulai dari beberapa tahun yang lalu, troll ini sangat meresahkan masyarakat Desa Arosbaya dan Desa Tengket. Karena itu kami meminta pemerintah menangani persoalan ini dengan maksimal karena beberapa mediasi sebelumnya tidak membuahkan hasil sama sekali,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa kondisi perairan di wilayah tersebut merupakan perairan dangkal, sehingga penggunaan troll secara jelas bertentangan dengan aturan.
“Menurut ketentuan, troll hanya boleh beroperasi di wilayah minimal 12 mil dari garis pantai. Sementara di sini jaraknya hanya beberapa mil saja,” ujarnya.
Sahid menyebut dugaan bahwa kapal-kapal bermasalah itu bukan berasal dari Bangkalan. “Dugaan sementara, troll ini berasal dari Gresik, Lamongan, dan Paciran. Kami mohon pemerintah mulai dari kabupaten hingga pusat agar menindak tegas dan melarang kapal troll dari luar masuk ke perairan Bangkalan,” lanjutnya.
Menurutnya, kapal troll kerap memanfaatkan waktu malam hari untuk beroperasi. “Nelayan kita sudah pulang jam delapan malam, sedangkan troll datang jam dua belas sampai sebelum subuh. Saat kami laporkan, alasannya tidak ada aturan larangan operasi malam ini semakin mempersulit penindakan,” paparnya.
Dalam aksi hari itu, nelayan kembali mengidentifikasi keberadaan sejumlah kapal troll di laut. “Tadi terlihat ada tujuh kapal di bagian tengah dan enam di tepi. Kemarin bahkan sempat ada yang diamankan warga, mereka mengaku tidak akan kembali, tapi kenyataannya masih tetap beroperasi,” tambahnya. Ia juga menegaskan bahwa aksi tersebut merupakan peringatan awal agar pemerintah segera bergerak. “Kalau tuntutan tidak dipenuhi, seluruh nelayan Desa Arosbaya dan Tengket akan turun demo lebih besar. Kami khawatir terjadi bentrokan karena masyarakat sudah sangat resah,” pungkasnya.
Dari unsur legislatif, anggota DPRD Bangkalan, Mahmudi, menyatakan dukungan penuh terhadap aspirasi nelayan. “Kami mengadakan aksi ini karena sangat keberatan dengan adanya aktivitas kapal troll. Mulai hari ini kami berharap tidak ada lagi kapal troll yang masuk ke perairan kami karena itu dilarang,” ujarnya.
Mahmudi juga mengingatkan agar aksi tetap berlangsung secara damai. “Kalau alat tangkapnya tradisional, kami tidak keberatan. Tapi jika troll, kami tolak. Jangan sampai ada bentrok, cukup sampaikan aspirasi seperti hari ini,” katanya.
Para nelayan berencana melanjutkan aksi sampai pemerintah menunjukkan langkah nyata dalam pengawasan laut, penegakan hukum, dan pelarangan kapal troll di wilayah perairan dangkal Bangkalan. []
Diyan Febriana Citra.

