LUMAJANG– Aktivitas vulkanik Gunung Semeru kembali meningkat pada Kamis (04/12/2025) pagi. Gunung api tertinggi di Pulau Jawa itu tercatat mengalami erupsi pada pukul 06.38 WIB, menandai rangkaian aktivitas yang terus dipantau ketat oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
Dalam laporan resminya, PVMBG menyebutkan bahwa kolom abu hasil erupsi membumbung hingga sekitar 1.000 meter di atas puncak, atau berada pada ketinggian sekitar 4.676 meter di atas permukaan laut. Warna abu yang tampak dari kejauhan terlihat putih hingga kelabu dengan intensitas tebal dan arah sebarannya condong ke barat laut.
“Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal, condong ke arah barat laut. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi ± 2 menit 20 detik,” tulis PVMBG dalam keterangan tertulisnya.
Gunung Semeru sendiri masih berada pada Status Level III atau Siaga. Kondisi ini berarti potensi bahaya masih tinggi, sehingga sejumlah pembatasan aktivitas diberlakukan di sekitar kawah maupun aliran sungai yang berhulu di puncak gunung. Otoritas kebencanaan menegaskan bahwa area rawan tersebut harus benar-benar bebas dari aktivitas masyarakat.
Masyarakat diminta tidak memasuki sektor tenggara sejauh 13 kilometer dari puncak di sepanjang Besuk Kobokan, yang selama ini menjadi jalur utama luncuran awan panas.
“Di luar jarak tersebut, masyarakat tetap diminta tidak melakukan aktivitas dalam radius 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terkena perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak,” tambah PVMBG.
Selain itu, pembatasan aktivitas juga berlaku pada radius 5 kilometer dari kawah, mengingat potensi lontaran batu pijar yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Zona tersebut dikategorikan sebagai kawasan berbahaya yang tidak boleh ditempati maupun dilalui.
Seiring meningkatnya intensitas erupsi, PVMBG kembali menekankan pentingnya kewaspadaan pada jalur-jalur sungai yang berhulu di puncak Semeru. Arus sungai seperti Besuk Bang, Besuk Kembar, Besuk Sat, dan berbagai anak sungai yang terhubung ke Besuk Kobokan berpotensi dialiri material panas, termasuk guguran lava dan lahar yang dipicu curah hujan.
PVMBG juga terus memantau kemungkinan terjadinya awan panas, yang menjadi salah satu ancaman utama Semeru selama beberapa tahun terakhir. Dengan curah hujan yang memasuki musim puncaknya, risiko lahar meningkat dan dapat melintas jauh ke pemukiman maupun area perkebunan yang berada di hilir.
Sejauh ini, laporan visual dari pos pantau dan gambar satelit menunjukkan bahwa abu vulkanik bergerak menjauhi wilayah padat penduduk. Namun, potensi perubahan arah angin tetap menjadi perhatian bagi warga sekitar Lumajang dan sekitarnya.
Dengan status Siaga yang masih berlaku, pemerintah daerah bersama relawan kebencanaan telah diminta tetap bersiaga untuk menghadapi potensi aktivitas lanjutan. Masyarakat juga diimbau mengikuti informasi resmi dari PVMBG dan tidak terpancing kabar yang belum terverifikasi.
Aktivitas Semeru yang kembali meningkat ini menjadi pengingat bahwa gunung api tetap memerlukan pengawasan berkelanjutan, mengingat siklus erupsinya yang dapat berubah sewaktu-waktu. []
Diyan Febriana Citra.

