Tak Ada Kejelasan Dana, Warga Seret Pengelola Arisan Online ke Penegak Hukum

Tak Ada Kejelasan Dana, Warga Seret Pengelola Arisan Online ke Penegak Hukum

Bagikan:

SAMARINDA – Gelombang laporan dugaan penipuan arisan online kembali mencuat di Kota Samarinda. Sejumlah warga resmi melapor ke Polresta Samarinda setelah merasa dirugikan secara finansial dan tidak melihat adanya itikad baik dari penyelenggara arisan untuk mengembalikan dana yang dijanjikan.

Para korban menyebutkan kerugian yang dialami bervariasi mulai dari puluhan hingga ratusan juta rupiah. Berbagai upaya komunikasi dan mediasi dilakukan, termasuk mendatangi rumah terduga pelaku, namun semua langkah tersebut tidak membuahkan hasil, sehingga laporan resmi menjadi jalan terakhir untuk mendapatkan keadilan.

Perwakilan korban, Indah Mutiara, mengungkapkan alasan mereka membawa kasus ini ke ranah hukum. “Jadi kami disini mewakili teman-teman member arisan online yang dimiliki oleh saudari T dan saudari K melaporkan, karena dari mereka berdua tidak ada kejelasan untuk pengembalian dana yang dijanjikan kemarin pada hari Minggu,” ujarnya usai membuat laporan di Polres Samarinda, Kamis (04/12/2025) malam.

Ia menegaskan bahwa laporan tersebut dibuat atas dugaan pelanggaran UU ITE dan penipuan. “Jadi kami melapor ke Polresta Samarinda dengan laporan pasal untuk ITE dan penggelapan penipuan karena tidak sesuai janji-janji yang disebutkan hari Minggu kemarin,” katanya.

Indah menyebutkan jumlah korban dan total kerugian yang terakumulasi. “Hampir 20 orang, saya mewakili teman-teman 20 orang, Saya pribadi dirugikan sebesar Rp25 juta,” tegasnya.

Nilai kerugian keseluruhan diperkirakan mencapai angka yang cukup besar. “Kalau ditaksir totalnya hampir 350 juta perwakilan yang hari ini melapor,” jelasnya.

Ia menambahkan bahwa korban lain dengan kerugian lebih besar akan menempuh jalur hukum dengan pendampingan kuasa hukum. “Rencana teman-teman yang lain yang nominalnya lebih besar itu melapor menggunakan lawyer. Jadi mereka bikin kelompok sendiri, menggunakan kuasa hukum masing-masing untuk melapor juga, segera melapor,” katanya.

Upaya mediasi sebelumnya sempat dilakukan, namun tidak sesuai komitmen terduga pelaku. “Sudah, kalau kemarin itu hasil mediasi terakhir yang di sini hari Minggu, agendanya itu hari Senin harusnya datang,” jelasnya.

Bahkan upaya korban mendatangi rumah terduga pelaku pun tidak memberikan titik terang. “Kami perwakilan mendatangi rumahnya untuk melihat aset-aset yang bisa membantu mereka berdua bertanggung jawab,” katanya.

Namun situasi semakin sulit ketika keluarga terduga pelaku menyatakan tidak mengetahui keberadaan mereka. “Tapi hari Senin perwakilan kami datang tidak diterima dengan baik, mereka berdua itu tidak ada di rumah dan hanya ada keluarganya dan keluarganya tidak mau disangkut-pautkan dengan ini,” ungkapnya.

Indah juga menuturkan bahwa komunikasi melalui telepon dan pesan singkat tidak pernah mendapat respons. “Dihubungi pihak telepon atau WA tidak ada kabar dan tidak ada respon, tapi para pelaku itu masih aktif media sosialnya dalam memposting ulang, postingan-postingan yang lain dan melihat story-story kami, para-para korban ini,” tegasnya.

Ia menutup pernyataan dengan menyebut bahwa pihak keluarga benar-benar tidak memberikan keterangan terkait keberadaan kedua terduga pelaku. “Tidak ada. Keluarga sama sekali mengaku tidak mengetahui di mana keberadaan terduga pelaku,” pungkasnya. []

Penulis: Yus Rizal Zulfikar | Penyunting: Agnes Wiguna

Bagikan:
Berita Daerah