FLORES TIMUR – Aktivitas vulkanik di Gunung Lewotobi Laki-laki kembali menarik perhatian warga dan otoritas kebencanaan setelah kawah gunung tersebut mengeluarkan kepulan asap tebal pada Rabu (10/12/2025). Fenomena ini menunjukkan bahwa dinamika internal gunung api di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), masih berlangsung signifikan dan perlu dicermati secara berkala, terutama oleh masyarakat yang tinggal di kawasan rawan.
Menurut laporan Pos Pengamat Gunung Api (PGA) Lewotobi Laki-laki, asap kawah tampak jelas sejak pergantian hari. Petugas pengamat, Nurjansyah Dwi Laksona, menyebutkan bahwa peningkatan visual asap terekam dalam periode pengamatan antara pukul 00.00 Wita hingga 06.00 Wita.
“Asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas tebal dan tinggi 500–700 meter di atas puncak kawah,” ujar Laksona dalam keterangannya.
Kondisi atmosfer di sekitar puncak gunung juga tercatat cukup stabil. Laksona melaporkan cuaca tampak cerah hingga berawan dengan tiupan angin lemah mengarah ke barat daya dan barat. Suhu udara berada pada kisaran 21–23 derajat Celsius, kondisi yang relatif normal pada ketinggian tersebut. Meski demikian, aktivitas geologi yang terpantau tetap memperlihatkan adanya perubahan energi di kedalaman.
PGA Lewotobi Laki-laki mendeteksi sejumlah getaran vulkanik. Aktivitas kegempaan mencakup tiga kali tremor nonharmonik, dua kali gempa frekuensi rendah, dua gempa vulkanik dalam, serta lima gempa tektonik dua lokal dan tiga jauh. Indikator ini menguatkan analisis bahwa suplai energi dalam tubuh gunung masih tinggi dan berpotensi memengaruhi stabilitas kawah.
Saat ini, status Gunung Lewotobi Laki-laki masih berada pada Level III atau Siaga. Laksona menegaskan kembali pentingnya disiplin masyarakat dalam mematuhi rekomendasi resmi. Ia mengingatkan agar warga maupun wisatawan menghindari segala bentuk aktivitas dalam radius 6 kilometer dari pusat erupsi.
“Masyarakat juga diharapkan tetap tenang dan mengikuti arahan Pemda serta tidak mempercayai isu-isu dari sumber-sumber yang tidak jelas,” katanya.
Selain ancaman letusan, masyarakat juga diminta mewaspadai potensi banjir lahar hujan. Curah hujan tinggi dapat menyeret material vulkanik menuju daerah aliran sungai yang berhulu di puncak gunung. Kawasan yang perlu mendapat perhatian khusus di antaranya Dulipali, Padang Pasir, Nobo, Nurabelen, Klatanlo, Hokeng Jaya, Boru, dan Nawakote wilayah yang beberapa kali terdampak aliran lahar pada aktivitas erupsi sebelumnya.
Peningkatan aktivitas ini sekaligus mengingatkan perlunya kesiapsiagaan berkelanjutan. Koordinasi antara warga, pemerintah daerah, dan lembaga pemantauan gunung api menjadi kunci untuk meminimalkan risiko. Hingga kini, pemantauan visual dan instrumental terus dilakukan untuk memastikan perkembangan terbaru dapat segera diinformasikan secara resmi dan akurat kepada publik. []
Diyan Febriana Citra.

