LUMAJANG – Aktivitas vulkanik Gunung Semeru kembali meningkat pada Kamis (11/12/2025). Sejak pagi, gunung tertinggi di Pulau Jawa itu menunjukkan rangkaian erupsi dengan kolom abu yang terus berubah tinggi dan arah sebarannya. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan bahwa letusan pertama terjadi sebelum matahari terbit sepenuhnya, menandai hari yang penuh kewaspadaan bagi warga di sekitar lereng Semeru.
“Terjadi erupsi Gunung Semeru pada hari Kamis, 11 Desember 2025, pukul 06:41 WIB dengan tinggi kolom abu teramati ± 1.100 meter di atas puncak (± 4.776 meter di atas permukaan laut),” ujar petugas PVMBG Pos Pengamatan Gunung Api, Liswanto, dalam laporan resmi yang dirilis pagi ini. Saat laporan tersebut diterbitkan, proses erupsi masih berlangsung.
Menurut Liswanto, kolom abu yang membumbung tinggi terlihat berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang dan bergerak ke arah barat daya, yang merupakan jalur sebaran angin dominan pada pagi hari. Erupsi ini bukanlah satu-satunya dalam kurun waktu pendek. Catatan pos pengamatan menunjukkan bahwa aktivitas Gunung Semeru telah dimulai jauh lebih awal.
Erupsi pertama tercatat pada pukul 06.11 WIB dengan lontaran abu mencapai 1.000 meter di atas puncak. Hanya berselang delapan menit, gunung kembali meletus pada pukul 06.19 WIB dengan kolom abu setinggi 800 meter. Aktivitas berikutnya terjadi pukul 06.33 WIB ketika abu vulkanik mencapai ketinggian 700 meter. Rangkaian erupsi beruntun ini memperlihatkan bahwa kondisi internal Semeru saat ini berada pada fase aktif yang perlu mendapat perhatian serius.
PVMBG segera mengeluarkan imbauan kepada masyarakat agar tidak mendekati sektor tenggara Semeru, khususnya kawasan sepanjang Besuk Kobokan dalam radius 13 kilometer dari puncak. Kawasan ini merupakan jalur yang paling berisiko terdampak awan panas guguran.
“Karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak,” kata Liswanto.
Peringatan juga dikeluarkan untuk tidak melakukan aktivitas dalam radius 5 kilometer dari kawah atau puncak Gunung Semeru. Wilayah tersebut berisiko tinggi terkena lontaran batu pijar yang dapat terjadi sewaktu-waktu, terutama saat fase erupsi berulang seperti yang berlangsung hari ini.
Selain itu, masyarakat diimbau untuk lebih waspada terhadap potensi awan panas, guguran lava, serta aliran lahar di sepanjang sungai dan lembah yang berhulu di puncak.
“Terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan,” ujarnya.
Dengan intensitas erupsi yang terus berulang, otoritas kebencanaan mengingatkan bahwa perubahan arah angin, curah hujan, dan kondisi vulkanik dapat mempengaruhi tingkat risiko di sekitar Semeru. Warga diminta terus mengikuti perkembangan informasi dari kanal resmi pemerintah dan tidak terpengaruh kabar yang belum terverifikasi. []
Diyan Febriana Citra.

