SIDOARJO — Upaya pemulihan pascakecelakaan bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, memasuki fase penting setelah pemerintah melalui Kementerian Koordinator Pemberdayaan Masyarakat (Kemenko PM) memulai proses rekonstruksi. Pembangunan kembali fasilitas pendidikan tersebut secara simbolis dimulai melalui prosesi groundbreaking yang dipimpin langsung Menko PM, Muhaimin Iskandar, pada Kamis (11/12/2025).
Insiden yang terjadi pada akhir September 2025 lalu itu meninggalkan duka mendalam bagi keluarga besar ponpes dan masyarakat luas. Bangunan yang ambruk ketika santri sedang melaksanakan salat menyebabkan 67 korban meninggal dunia. Peristiwa tersebut kemudian memicu evaluasi menyeluruh mengenai keamanan sarana pendidikan berbasis pesantren di berbagai daerah.
Dalam sambutannya, Muhaimin Iskandar menekankan bahwa rekonstruksi ini bukan sekadar pembangunan fisik, melainkan ajakan bagi seluruh pemangku kepentingan untuk melakukan perbaikan sistemik.
“Ini menjadi momentum kita untuk muhasabah, evaluasi, kegotongroyongan, dan kebersamaan dalam upaya mewujudkan sistem pendidikan yang utuh menyeluruh, termasuk menyiapkan sarana dan prasarana yang memadai buat para santri-santri kita,” ujarnya.
Ia melanjutkan bahwa tragedi tersebut harus menjadi bahan refleksi kolektif. “Kita semua harus menjadikan momentum hari ini dan yang lalu sebagai pengingat, wake up call, penyadar, sebagai tempat kita untuk bangkit melihat dan menata masa depan yang lebih baik,” tutur Cak Imin.
Pemerintah pusat, kata Muhaimin, memberikan perhatian besar terhadap pesantren sebagai bagian dari ekosistem pendidikan nasional. Ia menegaskan bahwa keamanan dan kenyamanan para santri merupakan prioritas utama.
“Pak Prabowo langsung punya komitmen dan keinginan yang tinggi kalau sudah menyangkut pesantren. Karena beliau menyadari penuh sejarah pesantren,” ujarnya.
Dukungan pemerintah itu mendapat respons hangat dari pengasuh Ponpes Al Khoziny, KH Abdus Salam Mujib. Dalam kesempatan itu, ia menyampaikan apresiasi yang mendalam atas rekonstruksi yang dilakukan.
“Alhamdulillah pemerintah sangat mencurahkan perhatiannya kepada kami, maka kami tidak bisa membalas apa pun kepada pemerintah, mudah-mudahan selalu dibimbing oleh Allah SWT, selalu diberikan pertolongan oleh Allah,” katanya.
KH Abdus Salam juga menegaskan bahwa Ponpes Al Khoziny memiliki sejarah panjang dan menjadi salah satu pesantren tua di wilayah Sidoarjo.
“Pesantren kami ini sebetulnya berdiri di sekitar tahun 1918 atau 17, sebelum Indonesia merdeka,” ucapnya.
Rekonstruksi ponpes ini dipandang sebagai langkah vital untuk memastikan kegiatan pendidikan dapat kembali berjalan secara optimal. Selain itu, proses pembangunan ulang ini diharapkan menjadi contoh penerapan standar keamanan bangunan pada institusi pendidikan berbasis asrama, terutama pesantren yang banyak tersebar di kawasan pedesaan.
Dengan dimulainya rekonstruksi, pemerintah berharap tragedi serupa tidak terulang serta menjadi titik awal penguatan sistem perlindungan bagi para santri di seluruh Indonesia. []
Diyan Febriana Citra.

