BANGKALAN — Kebudayaan Madura didorong untuk tidak berhenti pada upaya pelestarian simbolik semata, melainkan mampu tampil sebagai kekuatan yang berdaya saing di tingkat global. Dorongan tersebut disampaikan Menteri Kebudayaan Fadli Zon saat memberikan pidato kunci dalam Kongres Budaya Madura bertema Glokalisasi Madura, Mengakar di Madura Berdampak untuk Dunia yang digelar di Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Bangkalan, Senin (22/12/2025).
Dalam forum yang mempertemukan akademisi, budayawan, pemerintah daerah, hingga komunitas lintas generasi itu, Fadli menekankan bahwa kebudayaan harus terus bergerak mengikuti dinamika zaman. Menurutnya, budaya tidak cukup diperlakukan sebagai peninggalan masa lalu yang disimpan dalam arsip, melainkan perlu dihidupkan agar relevan dengan tantangan globalisasi dan digitalisasi.
Ia menilai kongres budaya semacam ini menjadi ruang strategis untuk merumuskan arah kebudayaan Madura ke depan. Kebudayaan, kata Fadli, memiliki potensi besar sebagai sumber daya lunak (soft power) yang dapat memperkuat posisi Indonesia dalam percaturan global, sekaligus memberi dampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat.
Dalam paparannya, Fadli juga menyampaikan sejumlah capaian kebudayaan nasional sepanjang 2025. Hingga Oktober 2025, tercatat sebanyak 2.727 Warisan Budaya Takbenda Indonesia, 313 Cagar Budaya Nasional, serta 3,8 juta kunjungan ke museum dan situs budaya. Selain itu, terdapat 47 kegiatan pemugaran cagar budaya, pendirian 15 museum baru, pengembangan 152 Desa Pemajuan Kebudayaan, serta penguatan 741 komunitas budaya di berbagai daerah.
Data tersebut, menurut Fadli, menunjukkan bahwa sektor kebudayaan memiliki peran strategis sebagai pilar ketahanan nasional sekaligus sarana diplomasi budaya. Ia juga menyinggung temuan arkeologi yang menempatkan Indonesia sebagai salah satu pusat penting peradaban awal manusia, dengan lebih dari 60 persen fosil manusia purba dunia ditemukan di wilayah Nusantara.
Untuk memastikan kebudayaan terus berkembang secara produktif dan berkelanjutan, Kementerian Kebudayaan telah menyiapkan Dana Indonesiana dengan nilai sekitar Rp400 miliar hingga tahun depan. Dana tersebut dapat diakses oleh komunitas budaya, seniman, serta perguruan tinggi, termasuk untuk pengembangan kekayaan budaya Madura seperti keris, tari tradisional, topeng, manuskrip, dan penyelenggaraan festival budaya.
Sementara itu, Bupati Bangkalan Lukman Hakim menegaskan bahwa Kongres Budaya Madura tidak dimaksudkan sebagai agenda seremonial belaka. Ia menilai kongres ini menjadi penanda arah kebudayaan Madura agar mampu menjadi subjek masa depan tanpa tercerabut dari nilai-nilai lokal yang mengakar kuat.
Dari kalangan akademisi, Rektor Universitas Trunojoyo Madura, Safi’, menyampaikan bahwa UTM berperan sebagai ruang perjumpaan kebhinekaan dan pusat pengembangan gagasan kebudayaan. Ia mengungkapkan bahwa Jawa Timur telah meraih 46 penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia, dengan tiga di antaranya berasal dari Kabupaten Bangkalan.
Rangkaian kongres juga dimeriahkan dengan pembacaan puisi oleh budayawan Zawawi Imron serta pameran UMKM Jamu Madura. Kehadiran pelaku UMKM ini menegaskan bahwa kebudayaan tidak hanya berfungsi sebagai identitas, tetapi juga memiliki nilai ekonomi yang mampu menggerakkan kesejahteraan masyarakat lokal. []
Diyan Febriana Citra.

