ACEH SINGKIL – Aktivitas seismik kembali tercatat di wilayah barat Indonesia. Gempa bumi berkekuatan Magnitudo 3,2 mengguncang Kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Aceh, pada Rabu (24/12/2025) dini hari. Meski tergolong gempa kecil dan tidak menimbulkan dampak signifikan, peristiwa ini menjadi pengingat pentingnya kesiapsiagaan masyarakat terhadap potensi bencana alam di daerah rawan gempa.
Berdasarkan informasi yang diterima dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa terjadi pada pukul 04.44.52 WIB. Episentrum gempa berada di laut, tepatnya pada koordinat 2,14 Lintang Utara dan 97,84 Bujur Timur. Lokasi pusat gempa tercatat sekitar 23 kilometer di selatan wilayah Kabupaten Aceh Singkil.
BMKG juga mencatat bahwa gempa tersebut memiliki kedalaman 28 kilometer. Dengan kedalaman tersebut, gempa dikategorikan sebagai gempa dangkal. Secara geologi, gempa dangkal berpotensi lebih terasa di permukaan dibandingkan gempa berkedalaman menengah atau dalam, meskipun kekuatannya relatif kecil.
Hingga laporan ini disusun, belum ada laporan mengenai kerusakan bangunan maupun korban jiwa akibat gempa tersebut. Sejumlah warga di Aceh Singkil dilaporkan sempat merasakan getaran ringan, terutama di wilayah pesisir. Namun, situasi secara umum tetap kondusif dan aktivitas masyarakat berangsur berjalan normal.
BMKG memastikan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami. Kepastian tersebut disampaikan untuk meredam kekhawatiran masyarakat, mengingat Aceh memiliki pengalaman panjang dengan bencana gempa dan tsunami di masa lalu. Meski demikian, BMKG tetap mengimbau warga agar tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya gempa susulan.
Selain itu, masyarakat diminta untuk tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang tidak jelas sumbernya, terutama yang beredar melalui media sosial dan aplikasi percakapan. Informasi resmi terkait aktivitas gempa bumi hanya disampaikan oleh instansi berwenang seperti BMKG, pemerintah daerah, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
BMKG juga mengingatkan warga agar memeriksa kondisi bangunan tempat tinggal masing-masing, terutama jika terdapat retakan atau kerusakan ringan akibat getaran gempa. Bangunan yang tidak memenuhi standar keamanan dinilai lebih rentan terhadap guncangan, meskipun magnitudo gempa relatif kecil.
Wilayah Aceh, termasuk Aceh Singkil, berada di jalur pertemuan lempeng tektonik aktif, sehingga memiliki tingkat kerawanan gempa yang cukup tinggi. Oleh karena itu, edukasi kebencanaan, kesiapan infrastruktur, serta kesadaran masyarakat menjadi faktor kunci dalam meminimalkan risiko jika terjadi gempa yang lebih besar di kemudian hari.
Pemerintah daerah bersama BPBD setempat terus memantau perkembangan situasi pascagempa. Apabila terjadi peningkatan aktivitas seismik atau dampak lanjutan, masyarakat akan segera diinformasikan melalui saluran resmi.
Peristiwa gempa ini menjadi pengingat bahwa kewaspadaan dan kesiapsiagaan harus terus dijaga, meskipun gempa yang terjadi tidak menimbulkan dampak serius. []
Diyan Febriana Citra.

