China, Penjelajah Pertama Sisi Tergelap Bulan

China, Penjelajah Pertama Sisi Tergelap Bulan

Sisi gelap bulan pertama kali dijelajahi China awal tahun ini.

PADA masa perang dingin, mata Amerika Serikat terpaku pada roket dan satelit besutan Uni Soviet. Namun, dalam beberapa tahun terakhir ini, program luar angkasa China lah yang mulai ‘mengkhawatirkan’ para ahli strategi AS.

Dilansir dari AFP, Tentara Pembebasan Rakyat atau tentara nasional China saat ini yang memegang ‘kendali’ atas roket luar angkasa yang meluncur. Jika dihitung, saat ini China meluncurkan roket jauh lebih banyak dari negara lain.

Sepanjang 2018, China meluncurkan 39 roket, sedangkan AS 31 roket, menyusul 20 roket oleh Rusia dan 8 oleh Eropa.

Puncaknya, awal 2019 ini China berhasil mendaratkan penjelajah ruang angkasa di sisi tergelap bulan, atau sisi terjauh yang pernah dijangkau oleh manusia bumi. Penjelajahan ini menjadi yang pertama dilakukan di dunia.

Rencananya, China akan membangun stasiun ruang angkasa yang bisa mengorbit satu dekade mendatang. Rencana jangka panjang, mereka berharap dapat menempatkan ‘taikonaut’ di bulan untuk melakukan moonwalk pertama sejak 1972.

China memang tercatat menghabiskan lebih banyak untuk program luar angkasa sipil dan militer jika dibandingkan Rusia dan Jepang. Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan memperkirakan anggaran China pada 2017 sekitar US$8,4 miliar.

Analis konsultan Bryce Space and Technology, Phil Smith mengungkapkan jumlah tersebut sebenarnya jauh lebih sedikit dari anggaran AS untuk program luar angkasa militer dan sipilnya sekitar US$48 miliar.

Namun, lebih dari dua kali lipat anggaran sipil Rusia, yang telah dipotong menjadi US$3 miliar.

Mengatasi kelambatan beberapa dekade, para pemimpin China telah secara sangat metodis mereplikasi tahapan pengembangan ruang yang dicapai oleh negara-negara besar lainnya.

Satelit pertama pada 1970, misi luar angkasa berawak pertama pada 2003, docking pertama dari pesawat ruang angkasa berawak ke modul yang mengorbit di 2012, dan aktivasi sistem navigasi satelit BeiDou, jawaban Cina untuk GPS.

“Jika mereka melanjutkan lintasan ini, mereka akan dengan cepat melampaui Rusia dalam hal kemampuan teknologi luar angkasa mereka,” kata Todd Harrison, seorang pakar program ruang angkasa militer di Pusat Studi Strategis dan Internasional di Washington sebagaimana dilansir CNN.

SUMBER DAYA BULAN

Saat ini, untuk pasar satelit komersial, China memang belum menjadi ancaman. Pasalnya, pasar komersial masih tetap didominasi oleh beberapa perusahaan AS dan Eropa seperti SpaceX serta Arianespace.

Selain itu, kemajuan China dalam eksplorasi ruang angkasa juga belum melampaui kemajuan AS. Kepala NASA memberi selamat kepada China atas pendaratannya di Chang’e-4 Moon. Namun, AS tetap tak bisa menggelar kerjasama dengan China.

Salah satu Undang-Undang AS tahun 2011 melarang kerjasama ruang angkasa dengan Beijing, meskipun kongres dapat mengangkat pembatasan itu.

Persaingan sesungguhnya ada di dua bidang yakni jangka pendek mengenai penggunaan ruang oleh militer dan jangka panjang mengenai eksploitasi sumber daya di ruang angkasa.

Penambangan mineral atau air di Bulan atau di asteroid, terutama untuk menghasilkan bahan bakar untuk roket, masih jauh, tetapi para start-up Amerika sudah bekerja di sana.

Tidak seperti Perang Dingin, penaklukan ruang yang baru berlangsung sebagian besar dalam kekosongan hukum.

Pada 1960-an dan 1970-an, Washington dan Moskow menegosiasikan beberapa perjanjian tentang ruang, terutama untuk menjamin kerja sama ilmiah dan untuk melarang senjata pemusnah massal di ruang angkasa. []

Internasional