KETAPANG (beritaborneo.com)-Makam Tentemak berada di tengah tengah kebun karet rakyat, yang setiap hari dilintasi masyarakat setempat untuk ke kebun mereka. Dari tepi jalan provinsi, makam ini dapat ditempuh dengan roda dua atau roda empat sekitar 1 km dengan jalan tanah podsolik merah kuning (PMK). Selanjutnya berjalan kaki sekitar 500 m sebelum mencapai makam tersebut.
Tentemak adalah salah satu panglima pasukan pimpinan Uti Usman yang ditugaskan untuk menghadang pasukan Belanda di Sungai Limat. Mengetahui kecakapan dan keterampilan pasukan Uti Usman, Belanda menugaskan Kapten Frederick Alexander Brands, seorang perwira senior dengan 7 bintang jasa.
Satu kompi pasukan Belanda naik dari Abut Bekake. Saat melewati Sungai Limat ini lah, Belanda dihadang oleh Pasukan Uti Usman. Panglima Tentemak dan Raden Johari yang sebelumnya telah membuat pemparaan atau temparaan diatas pohon-pohon besar sebanyak 20 buah dengan tenang menembaki pasukan Belanda.
” Terimalah Blasting Tiga Suku”
” Inim pelor kami untuk penjajah” demikian teriakan Panglima Tentemak dan Raden Johari sambil menembakan senapang Lantak nya tepat mengenai kening Kapten FA Brand. Kapten berpengalaman ini seketika tersungkur dan meninggal di tempat.
Pasukan Belanda kocar kacir, sebagian berlari ke arah Natai Beduk yang sebelumnya telah dikeliling oleh Tentemak dan Raden Jahari dengan minyak. Saat pasukan penghadang membakar Natai Beduk yang ditumbuhi lalang, seketika api membakar pasukan Belanda yang melarikan diri.
Panglima Tentemak yang sebelumnya telah berjanji dengan Uti Usman untuk “memenggal” kepala Kapten Brand sebagai tanda kemenangan, Turun dari temparaan dan meninggalkan tempatnya yang sudah dilindungi dengan Ajian atau ilmu khas Ketapang, yaitu Guris Laksamana.
Dengan ajian atau ilmu ini, peluru musuh atau senjata tidak akan pernah menyentuh tubuh orang di dalam Guris Laksamana tersebut.
Tanpa sabar dan memastikan pertempuran telah berakhir, Tentemak langsung menghampiri Jenazah Kapten Brand untuk menetak dan memenggal kepala musuhnya tersebut. Tanpa diketahuinya, salah seorang pasukan Belanda ternyata hanya pura pura tewas. Saat Tentemak lengah, ia langsung menembakan Pistol Broning nya.
Tepat tanggal 22 Mei 1914, lelaki gagah, berjagam dan ahli beladiri yang berasal dari Pebingan, Pebihingan ini wafat sebagai Kusuma bangsa.
Ketika pasukan Uti Usman berkumpul di Mungguk Ibol, Tentemak tidak ditemukan. Beberapa orang yang menyisir lokasi pertempuran menemukan Panglima Tentemak terbaring berjejer dengan Kapten Brand. Di bahunya masih tergantung lantak keramat dan ditangan kanannya masih menggenggam parang panjang jenis Mandau. Saat ini senjata tersebut ada di tangan Rame Hasan Kauman Benua Kayong Ketapang.
Untuk menghindari kejaran Belanda yang kmasih dendam dengan Tentemak, Kuburan Tentemak disembunyikan hingga situasi tenang dan telah aman.
Setelah itu barulah para pengubur pahlawan bangsa tersebut menunjukkan makam Panglima Tentemak kepada masyarakat lainnya. (rac)